Refleksi Harian Epiphany – Halaman ke-58 dari 365 halaman dalam tahun.
Murid-muridNya tercengang mendengar perkataanNya itu. Tetapi Yesus menyambung lagi: “Anak-anakKu, alangkah sukarnya masuk ke dalam Kerajaan Allah. Lebih mudah seekor unta melewati lobang jarum dari pada seorang kaya masuk ke dalam Kerajaan Allah.” (Mrk 10:24-25)
Yesus mengucapkan kata-kata di atas setelah ada seorang anak muda yang datang untuk mengikut Dia, namun pergi meninggalkan Dia ketika Yesus meminta anak muda ini untuk menjual semua hartanya.
Kita harus memahami bahwa Yesus meminta hal tersebut bukan karena Dia menginginkan harta itu, atau ga mau melihat anak-anakNya sukses, tapi Dia lebih peduli dengan kondisi hati kita: apakah hati kita selalu melekat pada Dia, ataukah melekat pada harta kekayaan kita?
Tuhan tahu bahwa oleh banyaknya harta yang dimiliki oleh anak muda itu, maka dia menjadi terikat. Ketika Tuhan meminta kita untuk melepaskan sesuatu dalam hidup kita, saat itulah kita baru menyadari bahwa hal itulah yang mengikat kita.
Apa hubungannya dengan unta dan lubang jarum? Lubang jarum dalam ayat ini, sebenarnya adalah sebutan bagi pintu gerbang Yerusalem. Pintu gerbang kota itu ukurannya kecil dan pendek, sehingga untuk unta bisa melewati pintu itu, semua barang bawaannya harus dilepaskan & unta itu harus berlutut.
Itulah yang sebenarnya Tuhan mau dari hidup kita: berlutut dalam artian merendahkan diri & melepaskan diri dari keterikatan duniawi seperti napsu, serakah, hal-hal yg menghambat kita untuk menjadi berkat, sekalipun kita memiliki banyak harta, terkenal, punya power utk memimpin, kita harus belajar untuk merendahkan diri dan menyadari bahwa itu semua adalah anugerah Tuhan. Semakin luar biasa (pengetahuan, talenta, koneksi, jabatan) yang kita miliki, kita harus semakin belajar merendahkan diri. Yesus tidak mempertahankan ke-Tuhanan-Nya dan turun ke dunia sebagai manusia, siapakah kita yang berani meninggikan diri dengan beranggapan bahwa semua yang kita miliki semata-mata karena usaha kita dan hak milik kita?
Pada halaman ke-58 ini, firman Tuhan kembali mengingatkan kita jangan sampai kita menjadi takabur, kita diberkati utk menjadi berkat bagi sesama kita .. kesuksesan hidup kita di mata Tuhan bukan diukur dari harta duniawi yg kita kumpulkan tapi apa yang kita bagikan. Yesus telah mati agar kita bebas. Jadi marilah kita hidup dalam kebebasan yang telah Dia anugerahkan yaitu pengampunan atas dosa-dosa kita & hidup dalam kasih karuniaNya yg melimpah.
Selalu semangat, teman-teman!
Tim Penulis Refleksi Harian Epiphany
Refleksi harian Epiphany ditulis berdasarkan permenungan pribadi tim penulis yang dipimpin oleh Maspolin Rahardja dan terdiri dari beberapa pewarta Alkitab yang tergabung dalam tim pewarta CIC (Catholic Indonesian Community) Sydney, Australia. Setiap hari selama setahun penuh, mereka berkomitmen untuk menulis refleksi yang didasarkan pada bacaan harian gereja Katolik dengan harapan dapat memberkati seluruh umat Katolik, tidak hanya yang berdomisili di Sydney, tetapi juga seluruh umat Katolik Indonesia.