IMAN + PENGHARAPAN = BERKAT!

Refleksi Harian Katolik Epiphany. Halaman ke-105 dari 365 halaman dalam tahun.

 

Kej 22:2 Firman-Nya: “Ambillah anakmu yang tunggal itu, yang engkau kasihi, yakni Ishak, pergilah ke tanah Moria dan persembahkanlah dia di sana sebagai korban bakaran pada salah satu gunung yang akan Kukatakan kepadamu.” (Kej 22:1-18)

Satu hari lagi (or 1 malam lagi) miliaran umat Katolik seluruh dunia merayakan Kebangkitan Tuhan kita Yesus Kristus. Namun sebelum perayaan besar ini, mari kita merenungkan salah satu dari beberapa bacaan pertama di pagi hari ini. Saya memutuskan untuk mengambil bacaan di atas yang mengingatkan sosok Abraham yang di kenal dengan sebutan Bapak orang Ber-IMAN!

Tentu anda ingat bahwa saat Abraham memiliki Ishak, ia sudah tidak muda lagi. Bahkan Ishak dilahirkan dari kandungan seorang wanita bernama Sara yang tadinya di katakan mandul. Jadi kebayang dong yang tadinya sudah jelas tidak ada harapan namun karena belas kasih Allah, Abraham akhirnya punya anak. Now lagi-lagi Allah iseng banget minta ia mengurbankan anaknya yang semata wayang. Imagine kalau anda dan saya dalam posisi Abraham, bukan mustahil kita sebagai manusia akan berusaha negosiasi habis-habisan dengan Allah agar ini tidak terjadi! It does make sense. Namun Abraham berbeda dengan kebanyakan manusia pada umumnya. Ia tidak bertanya, ia segera mengambil tindakan tanpa pikir panjang.

Kalau saya boleh menganalisa kenapa beliau demikian beriman, karena ada 2 hal:

  1. Abraham yakin itu SUARA ALLAH
  2. ALLAH yang mampu membuka kandungan Sara, Ia juga akan mampu memberikan anak lagi (jika memang IA mau!)

Ini yang membedakan Abraham dengan saya dan kebanyakan manusia pada umumnya (saya tidak menyebut ‘anda’ karena banyak yang jauh beriman). Itu sebab nya ia dikenal dengan sebutan Bapak Orang Beriman.

Halaman 105, hari kedua setelah peristiwa penyaliban Yesus. Para murid masih shock, air mata belum kering di pipi mereka, pasti masih jelas tampak dalam ingatan mereka betapa bagai anak domba yang di sembelih dan dibunuh, itulah yg dialami Yesus Tuhan kita. Yang mereka harapkan menjadi sosok penolong dan penyelamat mereka, harus mati disalib dan dikubur. Gelap, kelam dan seperti tidak ada harapan. Inilah yang dialami para murid saat itu kira-kira 2000 tahun lalu. Sesaat mereka dalam kondisi yang sepertinya tidak ada harapan.

Benarkah tidak ada harapan? Ingat bagaimana berimannya Abraham akan apa pun yang ia alami. Saat ia harus mempersembahkan Ishak, ia tidak negosiasi. Namun pada saat ygan tepat, Allah menyediakan kurban bakaran, dan Allah melihat iman Abraham.

Selamat menikmati Tri Hari Suci di 2017 ini; semoga komitmen kita dalam mengikuti Yesus Tuhan kita mengalami pembaharuan dan penyemangatan baru. Tuhan memberkati

%d bloggers like this: