Refleksi Harian Epiphany. Halaman ke-79 dari 365 halaman dalam tahun.

Bahan Refleksi

Yusuf, anak Daud, janganlah engkau takut” Mat 1:20

 

Iman

Beriman, itu adalah salah satu dari sekian banyak kata yang mencerminkan tindakan St Yusuf di bacaan Injil hari ini. St Yusuf memutuskan untuk mengambil Maria yang sedang mengandung sebagai istrinya setelah mendapat mimpi dari malaikat. Toh kan bukan salah St Yusuf. Melihat beban dan tanggung jawab yang harus St Yusuf tanggung, ongkos yang harus dikeluarkan untuk membesarkan anak, menyewa penginapan, membeli makanan, baju, mainan bayi, ongkos pengobatan, dll. Rasanya kebanyakan pria zaman modern akan lebih memilih untuk pergi kabur saja meninggalkan dan menikmati masa-masa single mereka sebebas-bebasnya. Apalagi saat ini sudah ada aplikasi khusus untuk mendukung keinginan2 bebas tersebut.

Iman memang adalah salah satu kualitas yang cukup langka saat ini. Hidup di zaman modern, kita adalah korban dari kemajuan teknologi: semakin banyaknya ketidak-pastian, ditambah dengan banyaknya beredar berita2 palsu (fake news) di sosmed, dan makin adanya teman-teman palsu (fake friends). Fake friends adalah teman yang muncul pada saat mereka membutuhkan bantuan saja (ada maunya), namun saat kita membutuhkan bantuan, mereka akan menghilang sibuk dengan kegiatan mereka sendiri.

 

Tuhan yang Mencukupkan

Saya sendiri saat akan punya anak mendadak muncul begitu buanyaaaakk pertanyaan. Sempat beredar berita bahwa pemerintah akan stop semua bantuan dana buat bayi; lalu gimana kalau tabungan tidak cukup? Kalau aku di PHK gimana ya? Kok stroller bayi harganya bisa sampai ribuan dollar? Susu bayi mahal banget, gak bisa minum air aja ya? Gimana kalau nanti aku tidak bebas lagi? Duh kalau nanti cewe2 liat gue gendong bayi, entar gak keren lagi!!! Saya dulu punya beberapa teman-dekat/saudara yang menawarkan untuk membantu; tapi saat saya mengalami kesulitan, membutuhkan tempat curhat, mereka malah menghilang sibuk sendiri-sendiri.

Melihat itu semua, bisa disimpulkan bahwa “beriman” berarti percaya bahwa Tuhan mencukupkan. Berani untuk meninggalkan masa lalu (comfort zone) dan terjun masuk ke zona yang tak kita ketahui (the unknown). Kalau kita cuma berani melangkah ke hal-hal yang kita sudah kenali, maka untuk itu kita tak membutuhkan “iman”. Fast forward enam tahun kemudian, semua ketakutan tersebut tak satupun terjadi. Saya yakin semua itu karena kita mempunyai Tuhan yg selalu mencukupkan.

 

Iman Tergantung dari Relationship dengan Tuhan

Di halaman 79 ini, iman pada Tuhan sangat tergantung dengan relationship kita dengan Dia. Bagaimana relasi kita dengan Tuhan Yesus? Apakah kita bagaikan seorang fake friends yg cuma cari Dia saat ada maunya saja, namun di lain waktu kita sibuk sendiri? Iman pada Tuhan sangat membutuhkan relationship dengan Dia. Dari relationship baik, akan menghasilkan iman yang baik. Bukan iman yang di atas pasir yang gampang goyah, tapi kita bisa mempunyai iman yang kokoh diatas batu karang. “Jangan takut” seru malaikat pada St. Yusuf.

Karena itu kepada kita semua, supaya mulai hari ini, hendaknya kita tidak perlu takut-takut lagi, melainkan berani melangkah bersama dengan Tuhan Yesus. Tuhan memberkati!

%d bloggers like this: