Refleksi Harian Katolik Epiphany. Halaman ke-229 dari 365 halaman dalam tahun 2018.

 

Kata Yesus kepada mereka: “Karena ketegaran hatimu Musa mengizinkan kamu menceraikan isterimu, tetapi sejak semula tidaklah demikian…” (Matius 19:8)

 

Bagi pembaca refleksi harian Katolik yang membaca nubuat Yehezkiel pagi ini (Yehezkiel 16:1-15, 60 & 61) tentu bingung seperti saya yang mencoba membayangkan apa korelasi nubuat ini dengan ucapan Yesus. Mari kita ambil waktu sejenak dan baca lagi pelan-pelan, saya percaya Roh Kudus menemani kita semua menangkap sedikit demi sedikit rahasia yang Tuhan akan bagikan buat anda dan saya.

Nubuat Yehezkiel ingin mengingatkan anda dan saya bahwa pemeliharaan Allah dalam hidup anda dan saya tidak berkesudahan. Saat manusia berdosa, Tuhan sanggup mengampuni yaitu saat menerima Sakramen Pengakuan Dosa. Dan komitmen Allah untuk menyelamatkan manusia tidak pernah luntur. Namun manusialah yang seringkali sombong dan mencoba seakan2 lebih hebat dari Allah dan tidak butuh Dia. Bahkan sampai-sampai melunturkan nilai-nilai kebenaran dan bukan mustahil nilai-nilai tersebut hancur hanya karena keras kepala, posisi dan politik, uang atau kedagingan lain seperti sex dan sebagainya.

Refleksi harian Katolik Epiphany halaman ke-229, satu contoh soal perkawinan. Sekali Allah mempersatukan di dalam Sakramen Perkawinan yang manusia terima, sesungguhnya Allah hadir di sana. Saat seorang pria memutuskan menikah dengan pasangan wanitanya, saat itu dua ketidaksempurnaan dipersatukan oleh kasih Allah yang sempurna. Selama kedua pribadi ini menghancurkan ego mereka dan memandang Allah yang sempurna, tidak akan ada namanya perpisahan. Inilah hakekat awal yang Allah inginkan yang Yesus kembali tekankan!

Anda dan saya bukan orang yang sempurna, demikian juga pasangan kita bukan orang sempurna! Namun bersama Kristus, kita semua disempurnakan! Tuhan memberkati

%d bloggers like this: