Refleksi Harian Katolik Epiphany. Halaman ke-208 dari 365 halaman dalam tahun 2018.
Yang ditaburkan di tanah yang baik ialah orang yang mendengar firman itu dan mengerti, dan karena itu ia berbuah, ada yang seratus kali lipat, ada yang enam puluh kali lipat, ada yang tiga puluh kali lipat.” (Matius 13:23)
Injil hari ini merupakan penjelasan Tuhan Yesus tentang perumpamaan penabur. Benih dari kantong yang sama bisa mempunyai akhir yang berbeda tergantung di tanah seperti apa ia bertumbuh. Benih yang dimaksud adalah Firman Allah, dan kita-kita inilah tanah tempat di mana benih itu tumbuh.
Tentunya kita ingin seperti tanah yang baik yang menghasilkan buah bagi kerajaan sorga. Tapi apakah seperti demikian kenyataan yang terjadi? Bukankah tidak jarang juga masuk kuping kiri keluar kuping kanan? Kita juga masih punya cukup banyak PR membersihkan hati kita dari bebatuan: amarah, dengki, dendam, dsb.
Bukankah di masa seperti ini banyak kekuatiran di dalam hidup kita yang menghimpit pertumbuhan iman kita? Kekuatiran tersebut membuat kita takut melangkah dalam iman, dan akhirnya bukannya mengandalkan Tuhan melainkan bersandar pada kekuatan manusia saja. Melanjutkan refleksi harian Katolik kemarin, berbahagialah yang melihat / mendengar Firman Tuhan, menyimpanNya, merenungkanNya, dan melaksanakanNya untuk menghasilkan buah bagi kerajaan sorga.
Di refleksi harian Katolik Epiphany halaman ke-208 ini kita diajak untuk kembali memeriksa hidup kita. Di manakah Benih yang Yesus tabur itu jatuh? Mari kita menimba kekuatan dari Tuhan untuk hati yang semakin bersih, bebas dari kekuatiran. Mari kita berperan aktif memupuk, mengairi dan memelihara Benih tersebut. Tuhan memberkati niat dan usaha kita untuk berbuah bagi kemuliaan namaNya.