Refleksi Harian Katolik Epiphany. Halaman ke-214 dari 365 halaman dalam tahun 2018.

 

Apabila bejana, yang sedang dibuatnya dari tanah liat di tangannya itu, rusak, maka tukang periuk itu mengerjakannya kembali menjadi bejana lain menurut apa yang baik pada pemandangannya. (Yeremia 18:4)

 

Tuhan Yesus itu seorang guru yang luar biasa. Ia menggunakan contoh dan perumpamaan dari lingkungan dan kehidupan sehari-hari para pendengarNya.

Pada bacaan pertama, Allah menyuruh Yeremia ke tempat tukang periuk sebelum menyampaikan FirmanNya. Di sana Tuhan memberikan gambaran diriNya sebagai seorang tukang periuk, dengan umat Israel sebagai tanah liat untuk membuat bejana. Biarpun melalui kehendak bebasnya, manusia menyimpang dari rencana Allah yang semula, Allah tetap mengarahkan dan membawa kita menggenapi rencanaNya melalui cara yang lain – selama penghakiman terakhir belum berlangsung.

Bejana yang rusak dalam proses pembuatannya bukannya diubah menjadi produk lain, melainkan tetap menjadi sebuah bejana yang memenuhi fungsi dan tujuan awal walaupun bentuk bejana itu mungkin berbeda dengan desain awalnya.

Pada bacaan Injil Matius, melalui perumpamaan pukat dan ikan-ikan yang ditangkap, Tuhan mengingatkan kita bahwa penghakiman terakhir itu sungguh ada dan kita harus mempersiapkan diri dengan sebaik mungkin karena konsekuensinya untuk kekekalan.

Di refleksi harian Katolik Epiphany halaman ke-214 ini, mari kita sadari bahwa apa yang kita lakukan hari ini membawa dampak bagi hidup kita: selangkah mendekat pada kebahagiaan abadi, atau penyesalan kekal. Kiranya kita memilih dengan bijak dan tidak menyia-nyiakan waktu yang Tuhan berikan pada kita.

%d bloggers like this: