Refleksi Harian Katolik Epiphany. Halaman ke-28 dari 365 halaman dalam tahun 2018.
“Apa urusan-Mu dengan kami, hai Yesus orang Nazaret? Engkau datang hendak membinasakan kami? Aku tahu siapa Engkau: Yang Kudus dari Allah.” (Markus 1:24)
Iblispun percaya kepada Allah. Apa yang membedakan kita dengan iblis? Kalau kita percaya kepada Allah, kita harus menunjukkannya melalui hidup kita. Kita harus mati dan bangkit seperti Yesus (baptis), hidup dengan kekuatan Roh Kudus menjadi garam dan terang dunia (krisma), memperbaharui dan merayakan perjanjianNya yang baru melalui Ekaristi kudus. Dengan demikianlah kita sungguh-sungguh menjadi keluarga Allah.
Ada kisah di mana ribuan orang berkumpul di pinggir jurang. Di sana suasana ramai karena ada seseorang yang akan menyeberang jurang berjalan di atas seutas tali. Ketika ditanya, semua orang ini berkata: “Ya kami percaya kamu bisa menyeberangi jurang ini”. Sejam kemudian suasana menjadi heboh karena orang tersebut berhasil menyeberang. Kemudian orang tersebut bertanya, “menurut kalian bisakah aku menyeberang kembali dengan mata tertutup?” Ribuan orang tersebut menjawab percaya. 1.5 jam kemudian orang itu berhasil menyeberang dengan mata tertutup. Lalu untuk yang terakhir kalinya orang itu bertanya: bisakah saya menyeberang dengan mata tertutup sambil menggendong seseorang? Banyak orang masih menjawab percaya. Kemudian suasana menjadi hening ketika dicari seorang sukarela untuk digendong. 5 menit kemudian muncullah seorang anak kecil, dan 2 jam kemudian sampailah mereka berdua ke seberang jurang disambut suasana riuh rendah. Ternyata anak kecil itu demikian berani karena ayahnya sendirilah yang menggendongnya.
Di refleksi harian Katolik Epiphany halaman ke-28 ini, marilah kita ambil waktu merenungkan apakah kita hanya percaya pada Allah seperti ribuan orang di atas? Ataukah percaya kita hidup sehingga berani mempertaruhkan nyawa kita seperti si anak kecil? Apakah kita telah bersikap sebagai anak2 Allah? Selamat berhari Minggu, selamat beribadah dan Tuhan memberkati.