Refleksi Harian Katolik Epiphany. Halaman ke-34 dari 365 halaman tahun 2019.
“Dan kata-Nya lagi: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya tidak ada nabi yang dihargai di tempat asalnya.” (Lukas 4:24)
Seorang kawan saya sekarang melayani sebagai pembawa firman. Orangnya dari masa remaja emang kurang serius, terkadang berlaku konyol dan sering jadi target bercandaan. Sewaktu ia mulai berlatih membawakan firman, teman-teman kami yang lain sulit menganggap dia serius. Ia lalu pindah ke kota lain dimana ia terus melayani dan jadi cukup dikenal dan dihormati. Orang-orang di kota baru itu melihat dia secara berbeda dan banyak diberkati oleh pewartaan firmannya.
Komunitas Gereja adalah wadah baik untuk kita saling belajar mengasihi dan mengenal satu sama lain. Tapi pengenalan kita bisa menyebabkan kita menghakimi dan mengkotak-kotakkan sesama. Di bacaan hari ini Yesus dianggap ‘hanya anak tukang kayu’, kawan saya dianggap ‘si konyol’. Label apa lagi yang kita pakaikan kepada kawan kita? Saya bersyukur kalau kawan saya ini tidak gampang menyerah dan dia terus mau melayani siapapun.
Di refleksi harian Katolik Epiphany halaman ke-34 ini kita diingatkan kalau label-label ini bisa menghalangi kita untuk mendengar Firman Tuhan. Marilah kita dukung sahabat-sahabat kita dalam melayani, terutama saat mereka sedang belajar.