Refleksi Harian Katolik Epiphany. Halaman ke-69 dari 365 halaman dalam tahun 2018.

 

“Aku berkata kepadamu: Orang ini pulang ke rumahnya sebagai orang yang dibenarkan Allah dan orang lain itu tidak. Sebab barangsiapa meninggikan diri, ia akan direndahkan dan barangsiapa merendahkan diri, ia akan ditinggikan.” (Lukas 18:14)

Dalam gereja Katolik dan komunitas rohani kita punya pelayan, pemimpin dan tokoh lain yang dikenal karena perbuatan baiknya. Secara manusiawi, kita menunjukkan hormat dan penghargaan kepada mereka dengan berbagai hal. Contohnya, seorang pembicara terkenal yang berkunjung biasanya kita beri salam hangat dan mungkin kita ‘kerubungi’ karena senangnya kita ngobrol dengan mereka. Pemimpin kelompok juga punya otoritas khusus untuk mengambil keputusan dan kuasa menggerakkan para anggota untuk kegiatan pelayanan.

Dalam bacaan hari ini dan dalam bacaan kitab suci lainnya, Yesus nampak tidak senang dengan orang Farisi. Pertama saya berpikir apa Yesus tidak suka orang yang punya ‘status’ dalam agama? Setelah diteliti ternyata kata ‘Farisi’ sendiri punya arti ‘yang terpisah.’

Pada zaman dahulu mereka memisahkan diri mereka dari orang lain yang dianggap bodoh, miskin, kotor dan berdosa. Mereka membuat banyak hukum keagamaan yang mustahil diikuti orang lain, tapi tidak melakukan apa yang mereka ajarkan. Begitulah mereka mempertahankan tempat kehormatan mereka dalam masyarakat.

Di refleksi harian Katolik Epiphany halaman ke-69, kita diajak untuk merenung bahwa menjadi orang Katolik dan umat Allah merupakan suatu kehormatan yang besar dan status dimana kita beroleh Kerajaan Kekal.

Sebagai manusia, kita semua bisa menjadi seperti orang Farisi jika tidak hati-hati. Memimpin, melayani pelayanan yang besar semua adalah hal yang baik dan bukan berarti kita harus bersembunyi dan menghindari tanggung jawab ini jika diberikan. Akan tetapi, kita selayaknya menghindari contoh orang Farisi dan harus membarengi perbuatan baik kita dengan kerendahan hati, sikap tidak mengadili, tidak memandang rendah sesama dan kerinduan terus menerus untuk mengenal dan mengasihi Tuhan Allah kita.

%d bloggers like this: