Refleksi Harian Katolik Epiphany. Halaman ke-322 dari 365 halaman dalam tahun.
“Mereka harus selalu berdoa dengan tidak jemu-jemu” (Lukas 18:1)
Sebuah pengalaman pribadi sewaktu saya baru tamat kuliah, seperti kebanyakan anak-anak universitas yang baru tamat, saya ingin sekali dapat kerjaan di kantor, yang sesuai dengan bidang yang saya dalami. Karena pernah membaca firman ini, maka saya berdoa setiap hari meminta pada Tuhan agar diberi kerjaan yang bagus. Sampai suatu hari, saya mendapat tawaran interview di sebuah bank yang terkenal di Australia.
Dalam hati kecil saya, “Wah, saatnya firman Tuhan dinyatakan!” Pasti ini jawaban dari Surga. Interviewnya berjalan cukup lancar. Karena interview berjalan sangat lama, 3 jam, saya berpikir pasti ini semua akan sukses besar. Saya pikir, setelah berdoa sedemikian banyak, masa sih nggak dikabulkan? Maka selesai interview, saya pulang dengan hati berbunga-bunga.
Tak sampai dua jam kemudian, saya ditelpon oleh bank bersangkutan. Pikir saya, cepat sekali Tuhan menjawab doa saya yah. Hati menjadi dag dig dug, saya sudah siap mau bersaksi di berbagai tempat. Ternyata di telpon itu saya mendapat kabar bahwa interviewnya gagal. Jujur malam harinya saya menangis meraung-raung.
Refleksi harian Katolik Epiphany halaman ke-322, sekilas membaca firman hari ini sering membuat kita berpikir, menjadi orang Katolik, sama seperti menjadi super-human. Minta apa saja pasti dikabulkan. Tapi mungkin cara berpikir seperti ini, tidak sepenuhnya salah.
Apabila doa kita belum dikabulkan, bisa jadi berarti dua hal: belum saatnya, atau mungkin Tuhan ingin berkata bahwa Ia tahu yang lebih baik. Tugas kita adalah untuk tetap berdoa dengan tidak jemu-jemu. Karena itu, apabila doa kita belum dikabulkan, yuk, mari malam ini kita berdoa lagi.