Refleksi Harian Katolik Epiphany. Halaman ke-20 dari 365 halaman dalam tahun 2018.
“Waktu kaum keluargaNya mendengar hal itu, mereka datang hendak mengambil Dia, sebab kata mereka Ia tidak waras lagi” (Markus 3: 20-21)
Yesus sampai2 lupa makan karena saking sibuknya Dia memikirkan kebutuhan orang2 yang Dia layani.
Dan dalam bacaan pertama diceritakan Daud tidak hanya menangisi kepergian sahabatnya, Jonathan tapi dia juga begitu berduka ketika mengetahui Saul ( orang yang sudah beberapa kali hendak mencelakakan dia ) gugur dalam perang.
Perhatian & tindakan seperti ini dianggap sebagai hal2 yang tidak wajar bagi orang-orang terdekat Yesus & Daud saat itu. Dan bagi kita yang di hidup jaman ini, mungkin komentar yang akan terlontar, “Yaela, ngapain juga tuh orang sampai berkorban seperti itu? Apa ga ada kerjaan lain yang lebih berguna? This is too much! (Terlalu berlebihan itu mah.. ahh lebay!)“
Seorang sahabat pernah menyeletuk “aneh, sok hero kamu!” karena dia melihat temannya ini memberikan sepatu baru untuk anak laki laki yang tak dikenal di jalan karena dia melihat sebelah sepatunya berlubang besar. Mungkin kalau menyumbang sepatu di panti asuhan, lebih terlihat normal.. entahlah!
Sebagai seorang ibu, suami, atau teman, entah sudah berapa banyak pengalaman kita dituduh, disalahpahami karena orang-orang yang kita cintai meragukan niat baik kita atau karena mereka tidak mengerti apa yang kita lakukan. Tentu sedih tapi Tuhan tahu dan mengerti hati kita.
Mari kita berdoa agar lewat pengalaman-pengalaman ini, Tuhan boleh memurnikan & juga menguatkan kita selalu untuk menjadi a better giver, not a bitter person. Kiranya di refleksi harian Katolik Epiphany halaman ke-20 ini, kita diteguhkan bahwa segala pelayanan & kebaikan yang kita tabur adalah untuk kemuliaan Dia & untuk menyatakan kerinduan kita menjadi perpanjangan tanganNya.