Refleksi Harian Katolik Epiphany. Halaman ke-163 dari 365 halaman dalam tahun 2018.

 

“Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di sorga.” (Matius 5:16)

 

Saat nabi Elia diminta Allah pergi ke daerah non Israel, tentu Elia punya kesempatan menolak. Apalagi daerah Sidon terkenal dengan penyembahan berhala-berhala. Namun Elia percaya bahwa apa yang di perintahkan Allah kepadanya adalah untuk menunjukkan kemurahan Allah kepada seorang janda miskin dan anaknya. Dan betul saja kita bisa lihat bagaimana jiwa sang janda dan si anak diselamatkan karena kemurahan Allah.

Kemurahan Allah tidak akan terwujud tanpa campur tangan manusia dari dua sisi: yang melaksanakan (Elia – pelaku Firman Allah) dan mengimani (si janda – yang percaya bahwa Elia adalah utusan Allah dan si janda memperlihatkan kasih menolong orang asing).

Berapa banyak diantara pembaca refleksi harian Katolik ini yang baru pertama kali mendengar Firman Tuhan? Mungkin ada sih, tapi saya percaya 99% sudah cukup aktif di dalam mendengar FirmanNya, bahkan bukan mustahil cukup banyak yang sudah melayani di komunitas-komunitas. Pertanyaannya, kalau anda dan saya berada di pihak si janda, apakah mau menolong si asing Elia?

Refleksi harian Katolik Epiphany halaman ke-163, jangan berhenti berbuat kebaikan dan jangan berhenti menujukkan kasih kepada orang-orang di sekitar kita. Karena semua perbuatan baik yang anda dan saya lakukan, semua perbuatan kasih yang anda dan saya tunjukkan, memberi kesempatan Allah memberkati kita untuk masa yang lebih panjang. Karena setiap perbuatan baik dan kasih yang anda dan saya lakukan, membuat orang lain memuji Bapa di Surga (lihat ayat di atas). Dan ini kurang lebih sama artinya mereka mendoakan anda dan saya. Tuhan memberkati pelayanan kita semua.

%d bloggers like this: