Refleksi Harian Katolik Epiphany. Halaman ke-22 dari 365 halaman dalam tahun 2018.

 

Dan ahli-ahli Taurat yang datang dari Yerusalem berkata: “Ia kerasukan Beelzebul,” dan “Dengan penghulu setan Ia mengusir setan.” (Markus 3:22)

 

Karena iri hati yang mendalam, para ahli Taurat menjadi buta untuk menerima bahwa mukjizat-mukjizat Yesus dilakukanNya dengan kuasa Allah. Segala cara mereka halalkan demi menolak Yesus berasal dari Allah dan punya otoritas lebih tinggi dari mereka. Sampai-sampai tuduhan yang konyol pun dilontarkan, padahal begitu banyaknya orang yang melihat dan percaya kepada Yesus.

Mungkin dalam keseharian kita, kita pun berlaku seperti para ahli Taurat ini. Karena iri terhadap teman sekerja yang mungkin lebih muda tetapi lebih dipandang atau lebih dipercaya oleh atasan, kita berusaha “mencari-cari” kesalahan atau kejelekan mereka. Kita jadi lebih memberikan opini negatif dibandingkan fair evaluation.

Dalam hal persaudaraan mungkin masih ada juga banding-membandingkan. Ada yang dianggap lebih sukses, lebih jadi orang, sehingga muncul iri hati dari yang lain. Dengan mencari kejelekan yang lain, yang dianggap kurang berusaha membuat mereka selevel.

Dalam perselisihan, kita terkadang menjadi gelap mata. Ego kita membuat apapun dihalalkan yang penting menang argumen, atau paling tidak lawan bicara tersakiti, dan tidak lagi mementingkan apa yang benar di mata Allah.

Di refleksi harian Katolik Epiphany halaman ke-22 ini mari kita selalu menjaga hati untuk menghadapi tantangan hidup dengan kepala dingin. Jangan kita terbawa emosi sehingga jatuh ke dalam dosa. “Jagalah hatimu dengan segala kewaspadaan, karena dari situlah terpancar kehidupan” (Amsal 4:23)

%d bloggers like this: