KETAATAN SEORANG PEKERJA
Refleksi Harian Katolik Epiphany. Halaman ke-156 dari 365 halaman dalam tahun.
Yesus mengambil perumpamaan tentang pemilik kebun anggur yang menyewakan kebunnya kepada penggarap. Namun, para penggarap itu membunuh anak pemilik kebun itu. Ia pun membinasakan mereka. (Markus 12:1-2)
Kita adalah penggarap kebun anggur Tuhan
Yesus menceritakan perumpamaan ini didepan imam-imam kepala, ahli-ahli Taurat dan kaum tua-tua, dan mereka langsung mengerti bahwa yang dimaksud Yesus dengan penggarap-penggarap itu adalah mereka, hal ini membuat mereka marah dan berusaha untuk menangkap Yesus.
Perumpamaan diatas berlaku juga bagi kita, anda dan saya, Tuhan memberi tanah milik-Nya untuk kita garap, yaitu apa yang kita usahakan dalam hidup kita, pekerjaan kita, keluarga kita, harta milik kita, komunitas gerejawi dimana kita boleh bertumbuh iman kita. Dalam keasyikan kita, kita lupa bahwa kita bukanlah pemilik lahan yang sedang kita nikmati itu. Tanpa kita sadari, muncullah salah satu dosa pokok yakni kerakusan/keserakahan. Baik keserakahan materi maupun rohani.
Keserakahan materi dan rohani
Keserakahan materi dengan mudah kita bisa rasakan, misalnya menumpuk kekayaan tanpa ingat untuk berbagi dengan sesama, keserakahan rohani yang sering tersamar. Seseorang yang terlihat sibuk berbuat sosial, aktif dalam komunitas dan pelayanan terlihat bagus bukan? Tetapi persoalannya apakah semua itu dilakukan untuk melayani Tuhan atau demi popularitas dirinya?
Kalau kita mau memperhatikan kehidupan para santa/santo, kita dapati tidak satupun yang mempunyai sifat sombong, karena mereka menyadari sepenuhnya mereka bukan siapa-siapa tapi Allah mengasihi mereka dan para santo dan santa ini menomorsatukan Tuhan dalam hidup dan pelayanan mereka.
Santo Bonifasius yang kita peringati hari ini adalah berasal dari keluarga bangsawan Inggris, lahir pada tahun 680, menjadi imam pada usia 30, menjadi uskup pada usia 43 dan memilih bermisi di Jerman yang pada waktu itu kafir dan percaya dewa-dewa. Ditempat misi itulah ia menjadi martir ditahun 754, ia beserta 52 pengikutnya dibantai di Frisa. Jasadnya disemayamkan di Fulda disebuah gereja di Jerman.
Taat pada perintahNya
Di refleksi harian Katolik Epiphany halaman ke-156 ini, marilah kita selalu menyadari bahwa apapun yang kita lakukan dalam kehidupan ini kita persembahkan untuk Tuhan. Kalau kita mau mengasihi Tuhan artinya kita harus melakukan perintah-perintah-Nya. Perintah-Nya adalah “mengasihi sesama seperti Aku telah mengasihi kamu”. Maka kita akan menjadi “pengarap-pengarap” yang berkenan pada pemilik kebun (Tuhan kita), sehingga kita tidak perlu dibinasakan dan dapat menikmati kebahagian abadi dalam kehidupan abadi. Amin.