DARAH YANG MEMERDEKAKAN

Refleksi Harian Epiphany. Halaman ke-104 dari 365 halaman dalam tahun.

 

“Lalu Ia menundukkan kepala-Nya dan menyerahkan nyawa-Nya.” Yoh 19:30

 

Menjalani hari kedua tri-hari suci, kita kembali mendengarkan kisah sengsara Tuhan Yesus. Saat menonton kitah film Passion of Christ, karangan Mel Gibson, rasanya sungguh menyakitkan hati sekali melihat Tuhan Yesus yang adalah anak Allah Bapa sendiri, mau direndahkan serendah2nya, dan rela untuk diadili oleh makhluk2 ciptaanNya sendiri. Pada saat itu, rakyat dihadapkan oleh dua pilihan: Barabas dan Tuhan Yesus. Melihat sosok Barabas yang begitu menyeramkan dan kriminal, rasanya tak habis pikir kenapa kok rakyat bisa sampai tertipu dan justru malah memilih membebaskan Barabas??!

Berbeda dari sosok yang ditampilkan oleh Mel Gibson. Pope BXVI mengatakan bahwa Barabas, adalah satu sosok yang tak kalah berkarisma. Nama Barabas sendiri berasal dari kata Bar (anak) Abas (Tuhan) – dengan demikian Barabas mengklaim bahwa ia juga anak Tuhan, sama seperti Tuhan Yesus. Disini kita bisa melihat, apa yang terlihat indah dimata, belum tentu benar dihadapan Tuhan. Rakyat Israel yang tidak mempunyai relasi yang dekat dgn Yesus, akhirnya terjebak oleh tipu daya Barabas, anak Tuhan yang palsu.

Bercerita tentang tipu daya. Saya kenal dengan seorang wanita, sebut saja namanya Jane. Jane sewaktu muda sering sakit2an, karena mamanya Jane suka berkonsultasi dengan orang pintar (dukun). Orang tersebut lalu meyakinkan bahwa Jane sedang dikuasai oleh suatu roh halus, dan karena itu Jane harus memberi sesajen tiap hari, agar tak disakiti oleh roh itu. Puluhan tahun, Jane menjalani dengan setia, tiap hari pula ia memberi sesajen bagi roh tersebut dan Jane tak pernah sakit2an lagi. Sampai suatu ketika mama Jane ikut sebuah persekutuan doa Katolik, ini adalah permulaan relasi mereka dengan Tuhan. Setelah sadar akan kesalahan mereka, mama Jane lalu mengajak seorang Romo untuk datang ke rumahnya. Romo yang baik itu lalu memberikan konsultasi, memberkati seluruh rumah dengan air suci, dan berdoa bagi mereka sekeluarga. Setelah saat itu, Jane terbebas dari kungkungan roh itu, ia tak perlu lagi memberikan sesajen atau apapun, dan ia sekeluarga tetap sehat sampai hari ini.

Di halaman ke-104, Tuhan Yesus yang kita cintai disalibkan. Ia tak bersalah, tapi kedua kaki dan tangannya harus terpaku, dan kepalaNya dimahkotai duri. Ia rela menderita demi menanggung dosa kita umat manusia. Oleh karena itu, jangan sampai kita termakan oleh tipu daya iblis lagi, tapi bergaullah karib dengan Tuhan. Selalu bersandar pada kekuatan SalibNya, sebab dengan darahNya yang mahal Ia telah memerdekakan, dan membebaskan kita dari segala tipu daya muslihat si iblis. Tuhan memberkati, selamat hari raya Jumat Agung.