MENGHAMPARKAN DIRI DI BAWAH KAKI KRISTUS

Refleksi Harian Epiphany. Halaman ke-99 dari 365 halaman dalam tahun (Hari Minggu Palma)

 

“Kristus Yesus, yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia. Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib” (Fil 2:6-8)

Beberapa bulan yang lalu, Indonesia mengalami sebuah kehebohan saat didatangi oleh seorang raja yang amat kaya. Dikatakan sang raja membawa 459 ton barang-barang agar ia ttp merasa nyaman selama kunjungannya selama 9 hari. Di Indonesia, ia telah menyewa seluruh kamar sebuah hotel yg amat mewah untuk mengakomodasikan 1500 orang yg datang bersamanya. Untuk tranportasinya, sang raja tak lupa membawa serta dua limousine Mercedes Benz. Berita tersebut begitu heboh sampai-sampai tidak cuma dibahas di media surat kabar Indonesia, tapi juga di Australia dan negara2 besar lainnya.

Raja atau orang2 penting, umumnya melakukan demikian tak lain adalah untuk membuat statement, dengan mempertontonkan kekayaan, sekaligus memperlihatkan egonya. Seakan-akan mengatakan bahwa ada orang penting sedang berkunjung, dan agar kehadirannya dihargai, dan direspek. Mungkin gak terbayang, apabila sang raja memilih untuk memakai kendaraan butut. Bisa-bisa ia berakhir menjadi bahan tertawaan.

Saya sering berpikir, apabila Tuhan Yesus datang kedunia dengan segala kemegahannya Ia mungkin akan lebih gampang untuk menarik perhatian dan meyakinkan orang banyak. Tapi justru Ia memilih untuk tak melakukannya. Tuhan Yesus datang kedunia dijiwai dengan kerendahan hati. Ia “menjadi sama dengan manusia”, dan tugas pengutusanNya juga dimahkotai dengan kerendahan hati, “Ia telah merendahkan diriNya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib” berikut kutipan salah satu ayat favorit saya.

Menurut saya, orang yang rendah hati, adalah orang yang bahagia. Ia tak perlu pusing untuk menonjolkan dirinya, tidak perlu kahwatir akan barang2 yang mewah untuk dibangga2kan. Ia tak gampang sakit hati, karena ia tak merasa perlu memanggakan dirinya. Orang yang rendah hati, adalah orang yang merdeka, sebab ia tak terikat akan hal2 apapun. Tuhan Yesus telah terlebih dahulu memberi contoh. Sebaliknya orang yang tinggi hati, akan gampang tersinggung dan akan sering capek hati sendiri.

Maka itu di halaman ke-99 ini, maukah kita mencontoh Tuhan Yesus yang rendah hati sampai Ia meninggal? Saya pernah membaca: “Rendah hati adalah sikap dan perilaku yang tidak suka menonjolkan dan menomorsatukan diri, yaitu dengan menenggang perasaan orang lain. Meskipun pada kenyataannya lebih dari orang lain, ia dapat menahan diri untuk tidak menonjolkan dirinya.” Semoga di masa PraPaskah ini, semangat cinta kasih, kesederhanaan dan kerendahan hati Tuhan Yesus bisa menjadi contoh bagi kita semua. Amin.