Refleksi Harian Epiphany – Halaman ke-65 dari 365 halaman dalam tahun
Im 19:17 Janganlah engkau membenci saudaramu di dalam hatimu, tetapi engkau harus berterus terang menegor orang sesamamu dan janganlah engkau mendatangkan dosa kepada dirimu karena dia.
(Im 19:1-2, 11-18)
Pernah mengalami kekecewaan dan disakiti oleh orang-orang disekitar anda? Hampir pasti semua pembaca akan mengangguk ?. Ada yg taraf nya lumayan ‘deh eneg’ ada yg sampai ‘luka batin’ ada juga yang sampai ‘luka batin dan kalau belum liat pembalasan setimpal rasanya sampai mati pun belum bisa puas’?. Tapi membaca kutipan ayat di pagi ini bikin kita semua “Arghhhh Jesus; r u serious?”
Hari Sabtu kemarin, saya bersyukur boleh melayani di satu komunitas bible sharing/study. Disana kami membahas kisah ‘Pencobaan di Padang Gurun’. Salah satu peserta ada yg bertanya mengenai apa bila ada pasangan suami istri yang sudah menikah cukup lama dan misalnya saling bosan dan unhappy dengan kehidupan mereka, ada berbagai kejadian di masa lalu yang membuat mereka agak sulit memaafkan. Namun karena dalam pernikahan Gereja Katolik, mereka sungguh mengerti tidak boleh bercerai – tapi sangat tidak bahagia dengan kondisi saat ini. Firman Tuhan mengingatkan anda dan saya hari ini; jika ada masalah atau argumen di masa lalu, jangan lah kita saling membenci! Apalagi misalnya dalam kasus diatas, jangan sampai ada semacam ‘kesepakatan’ untuk iseng-iseng di luar, cari2 kesenangan dengan dalih ‘yah gimana dong, nama nya hidup cuman sekali dan sudah bolak balik disakitin juga’.
Halaman 65, haruskah kita juga berbuat dosa karena kesalahan orang lain? Haruskah kita mencari kesenangan duniawi karena merasa sudah tidak ada harapan? Ada satu couple lain yang saya kenal, dan belum lama ini sempet ngobrol-ngobrol dan akhirnya terpancing juga bagaimana resep pernikahan mereka yang sudah berjalan > 30 tahun dan terus harmonis. Ternyata resepnya cuma 1, saling mengingatkan/mengungkapkan perasaan dengan penuh respect! Saat potensi keributan terjadi; satu pihak menahan diri untuk emosi, dan saat tenang, pihak tersebut bertanya dan berkata “jujur, kamu telah menyakiti aku dengan …..“. Dan akhirnya mereka menyelesaikan urusannya tidak hanya dengan logika namun juga saling menjaga hati dan perasaan. Ujungnya jelas, keduanya terhindar dari perbuatan dosa! Yuk kita berusaha lagi ber pantang berbuat dosa dimasa Pra Paskah ini. Tuhan memberkati