Refleksi Harian Katolik Epiphany. Halaman ke-222 dari 365 halaman dalam tahun 2018.
“Sesungguhnya jikalau biji gandum tidak jatuh ke dalam tanah dan mati” (Yohanes 12:24)
Saya teringat dengan cerita tentang seorang teman, bernama Andrew. Andrew saat itu mau membelikan shampoo untuk orang tuanya. Ternyata websitenya salah hitung, tiga botol dihitung menjadi harga satu. Setelah dibeli, Andrew lalu berpikir dan akhirnya ia memutuskan untuk beli 10 botol lagi. Aji mumpung.. Hoki kan, beli 10 tapi bayar cuma 1 botol.
Keesokan harinya, Andrew yang teman gereja saya, dengan bangga menceritakan ke teman-temannya. Ada satu orang yang menegur dia. Tapi Andrew membela diri, “loh itu kan bukan salah saya. Salah websitenya dong, siapa suruh gak diperbaiki.”
Sadar atau tidak, banyak manusia terlahir egois, selfish, dan suka mencari keuntungan sendiri, walau akhirnya merugikan orang lain. Lawan dari egois adalah rela berkorban dan rendah hati. Namun untuk bisa begitu, ego seseorang harus mati terlebih dahulu.
Sejalan dengan Injil hari ini yang bercerita: satu biji yang jatuh di tanah, ketika tumbuh akan menjadi sebuah pohon. Saat ia berbuah, akan menghasilkan buah melimpah bagi kehidupan orang banyak. Demikian juga Tuhan Yesus. Tuhan Yesus bisa saja melarikan diri, tapi Ia memilih mengorbankan diriNya bagi keselamatan seluruh umat manusia, termasuk anda dan saya.
Di refleksi harian Katolik Epiphany halaman ke-222 ini, apabila kita sudah mengaku-ngaku menjadi pengikut Kristus, apakah kita masih suka mencari keuntungan sendiri, atau sebaliknya mau dan rela berkorban demi orang lain serta menomorduakan ego kita? Termasuk didalamnya, membagi waktu, perhatian, tenaga, pikiran, bukan cuma soal uang!
Saat kita membuat komitmen menjadi pengikut Kristus, kita harus rela mengikuti kemana Tuhan Yesus melangkah, bukan mengikuti ego sendiri atau mengikuti keinginan sendiri.