Refleksi Harian Katolik Epiphany. Halaman ke-103 dari 365 halaman dalam tahun 2018.
Lalu Yesus mengambil roti itu, mengucap syukur dan membagi-bagikannya kepada mereka yang duduk di situ, demikian juga dibuat-Nya dengan ikan-ikan itu, sebanyak yang mereka kehendaki. (Yohanes 6:11)
Mungkin ada dari pembaca refleksi harian Katolik Epiphany ini yang tahu bahwa kisah ini dibahas tidak hanya dalam Injil Yohanes, tapi juga dalam Injil Sinoptik (Injil Perjanjian Baru dalam Alkitab yang ditulis oleh Matius, Markus, dan Lukas). Yang menarik adalah, dalam Injil Yohanes digunakan kata mengucap syukur, sedangkan kata di dalam Injil Matius (Matius 14:19) digunakan kata mengucap berkat. Kisah yang sama namun pemilihan kata yang berbeda, syukur dan berkat.
Ini tidak lepas dari konteks dimana Matius mengkhususkan Injilnya untuk orang-orang Yahudi yang banyak hanya berfokus kepada berkat, sedangkan Yohanes memfokuskan kepada ungkapan syukur. Yang saya mau ajak untuk kita renungkan sejenak adalah, apakah anda dan saya sudah merasakan berkat Tuhan selama ini dan mampu mensyukurinya di dalam setiap kesempatan, atau melulu hanya minta berkat?
Refleksi harian Katolik Epiphany halaman ke-103, saat kami pindah ke Sydney 12 tahun lalu, secara financial kami kekurangan. Yang menarik adalah kami berusaha memampukan diri kami untuk terus mengucap syukur atas apa yang kami miliki.
Saya masih ingat saat mengirim ratusan surat lamaran kerja dan tidak ada satupun yang berhasil?. Namun apapun yang kami lakukan, dasarnya adalah mensyukuri apa yang kami terima. Walau susah, ya bersyukur aja ?. Dari sana saya makin menyadari bahwa berkat Tuhan tidak pernah kekurangan di dalam hidup kami. Banyak rintangan dan ketegangan, namun kami terus lalui hari demi hari, tahun demi tahun.
Jadi kuncinya seperti yang St Paulus katakan kepada umat di Filipi (Filipi 4:6), “Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apapun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur.” Tuhan memberkati