Refleksi Harian Katolik Epiphany. Halaman ke-286 dari 365 halaman dalam tahun.
“Setiap kerajaan yang terpecah-pecah pasti binasa, dan setiap rumah tangga yang terpecah-pecah, pasti runtuh” (Lukas 11:17)
Film “Legend of Ip Man” adalah salah satu film kungfu favorite saya. Master Ip Man, dibintangi oleh Donnie Yen, adalah seorang guru besar dunia kungfu. Kehebatan Ip Man dengan cepat tersebar luas. Sehingga walaupun dia tak mencari musuh, tapi ada banyak jagoan-jagoan lain yang datang untuk menantang Master Ip. Sebagian besar datang karena ingin membuktikan bahwa mereka jauh lebih hebat dari sang legenda. Sehingga kalau mereka dapat mengalahkan Master Ip, mereka bisa menjadi terkenal dan kemudian bisa membuka sekolah bela diri.
Ternyata sekolah kungfu yang satu juga tidak rukun dengan sekolah lainnya. Mereka masing-masing ingin menjadi yang paling terkenal, paling banyak pengikut, dan ingin memperlihatkan bahwa style mereka yang paling benar, hebat dan mematikan. Jadi walau di daerah itu banyak ahli kungfu, tetapi mereka sebenarnya terpecah-pecah. Sehingga pada saat musuh mereka yang sebenarnya datang (dari negara lain), mereka kalah.
Melihat orang bertarung apalagi di film silat, pasti seru dan keren. Apalagi kalau gerakan-gerakannya asik. Namun coba kita bersama-sama bayangkan jika pertengkaran yang sama terjadi di dalam satu komunitas, atau antar komunitas. Pewarta yang satu merasa dirinya lebih benar, atau komunitas yang satu merasa lebih unggul. Bukankah kita sama-sama satu Gereja, terlebih lagi sama-sama satu Tuhan Yesus.
Refleksi harian Katolik Epiphany halaman ke-286, jangan sampai ambisi pribadi atau kelompok malah membuat Gereja Tuhan terpecah-pecah, apalagi membangga-banggakan diri atau kelompok sendiri. Mazmur hari ini mengingatkan bahwa cuma Tuhan yang punya otoritas untuk menilai. Sebaliknya lewat persatuan, kita akan dapat merangkul terlebih banyak lagi orang-orang, dan memberikan mereka motivasi dan inspirasi untuk menerima Yesus sebagai Tuhan di dalam hidup mereka.