Refleksi Harian Katolik Epiphany. Halaman ke-258 dari 365 halaman dalam tahun.

 

“Dan sekalipun Ia adalah Anak, Ia telah belajar menjadi taat dari apa yang telah diderita-Nya” (Ibrani 5:8)

 

Apa yang biasanya orang lakukan saat dia diminta berkorban untuk sesuatu yang ia tak sukai? Berdasarkan pengalaman saya, umumnya orang menolak. Betul? Mana ada sih yang mau berkorban, apalagi ketika tugas tersebut tak mendapat bayaran apa-apa.

Sebuah kejadian nyata dialami oleh salah seorang teman dari anak saya. Setelah anak saya berteman beberapa tahun, ternyata kami baru tahu bahwa teman kami, sebut saja namanya Erika, telah bercerai dengan suaminya. Padahal awalnya semua baik-baik saja. Sewaktu Erika ketemu dengan calon suaminya, mereka menikah, dan semua keadaan begitu perfect. Namun beberapa saat kemudian saat mereka dikaruniai anak, ternyata sang anak menderita suatu penyakit.

Siapa sangka rekasi orang bisa berbeda-beda saat menghadapi masalah? Erika langsung terjun dalam berbagai support group. Namun sebaliknya suaminya, ternyata mendapat pukulan besar. Ia memutuskan untuk pergi meninggalkan istri dan anaknya.

Di cerita yang berbeda, ada teman saya yang lain diberi tahu oleh dokter bahwa bayinya yang lahir akan menderita suatu penyakit seumur hidupnya, dan disarankan untuk digugurkan. Setelah menghabiskan beberapa bulan berusaha mencari dokter yang bersedia untuk melakukan late-term abortion, ternyata last minute pasutri Katolik itu berubah pikiran. Sekarang anaknya telah lahir, namun mereka tetap dengan setia berusaha menjalankan panggilan mereka sebagai orang tua Katolik dan mengasuh anak mereka dengan penuh kasih sayang.

Di refleksi harian Katolik Epiphany halaman ke-258 ini, komitmen apakah yang pernah kita ucapkan di dalam hidup kita? Apakah itu keluarga? Apakah itu komitmen pelayanan? Pekerjaan kantor? Ingat-ingatlah lagi, bukankah awalnya semua begitu indah, dan kita begitu gembira menjalankannya. Namun, justru tantangan dan ujian datang bukan pada saat semua serba indah, melainkan sebaliknya.

Tuhan Yesus ingin mengajarkan bahwa dulupun Ia mengalami hal-hal yang tak enak. Namun sebagai anak, Tuhan Yesuspun belajar menjadi taat, dan berkat ketaatan dan pengorbanan Tuhan Yesus, seluruh umat manusia bisa diselamatkan.

Maukah kita bersama-sama dengan Roh Kudus dan Tuhan Yesus untuk tetap tunduk dan taat pada panggilan kita tersebut? Lewat ketaatan kita, kitapun dapat menjadi berkat bagi orang-orang disekitar kita.