Refleksi Harian Katolik Epiphany. Halaman ke-75 dari 365 halaman dalam tahun 2018.

 

“Sesudah itu Yesus berjalan keliling Galilea, sebab Ia tidak mau tetap tinggal di Yudea, karena di sana orang-orang Yahudi berusaha untuk membunuh-Nya.” (Yohanes 7:1)

 

Saya teringat pengalaman ikut World Youth Day tahun 2008 di Sydney. Waktu itu kami baru turun dari bus di daerah Oxford St yang cukup terkenal dengan hiburan malamnya. Kami memakai jumper dan name tag WYD karena akan menuju ke tempat kami menginap malam itu. Tak lama berjalan kami diejek oleh orang yang lewat dan teman saya dilempari puntung rokok dari dalam night club.

Pada zaman Yesus, Ia mengajarkan hal-hal yang baru tentang keselamatan dan ajaranNya banyak membuat banyak orang kesal sehingga mau membunuhNya. Kitapun para pengikut Kristus masih mengikuti ajaran dan perintah-perintah yang sama seperti 2000 tahun yang lalu.

Mengikuti suatu ajaran dan tetap ‘lurus’ merupakan hal yang sulit karena akan selalu ada orang yang tidak setuju dengan kepercayaan kita. Karena kesulitan ini banyak orang kompromi dan menggabungkan ajaran-ajaran Kristus dengan ajaran lain yang ‘enak’ bagi mereka. Akan tetapi kita semua dituntut untuk selalu setia. Oleh sebab itu ada kalanya kita akan diejek, dicemooh, diserang atau ditolak orang lain.

Refleksi harian Katolik Epiphany halaman ke-75 ini mengajak kita untuk mengikuti Kristus dengan sepenuh hati, untuk tidak ‘suam-suam kuku’ ataupun ‘abu-abu.’ Memang dunia bisa menolak kita tapi Bapa di Surga yang mengutus kita yang membenarkan kita dan menerima kembali kita di rumahNya pada saatnya nanti.