Refleksi Harian Katolik Epiphany. Halaman ke-54 dari 365 halaman dalam tahun 2018.

 

“Segeralah berdamai dengan lawanmu selama engkau bersama-sama dengan dia di tengah jalan” (Matius 5:25)

 

Saat membaca kutipan ayat refleksi harian Katolik Epiphany hari ini, saya teringat dengan cara orang tua saya untuk mendidik kami anak-anaknya agar selalu akur. Pada saat kami semua masih tinggal bersama, tidak mudah untuk membuat kami semua akur. Saya termasuk yang paling sering cari ribut. Maklumlah, mungkin karena yang paling kecil.

Orang tua kami punya cara yang paling jitu, yaitu kalau berantem, maka kami disuruh saling minta maaf, dan berpelukan lagi. Yang iseng harus minta maaf, dan yang diisengi harus memaafkan dan berjanji tak mengungkitnya lagi. Kalau masih iseng juga, maka apabila nantinya minta dibelikan mainan, akan ditolak. Hmm.. Cerdik juga. Tidak perlu marah-marah, sendirinya yang akan rugi. Akhirnya kami jadi jarang berantem.

Nasihat Tuhan Yesus hari ini mengajak kita untuk merefleksikan hidup kita juga. Selama masih hidup, berarti kita semua masih di “tengah jalan”. Dan selama kita masih di “tengah jalan” Tuhan masih memberikan kita kesempatan untuk memperbaiki relasi kita bukan hanya pada Dia, tapi juga kepada sesama teman seperjalanan kita.

Di refleksi harian Katolik Epiphany halaman ke-54 ini. Saya sering tak habis pikir, apa gunanya seseorang pelayanan sangat luar biasa, atau berpuasa dengan keras, tetapi perkataan / kelakukannya sering membuat orang lain berduka, atau marah, atau malah mengutuki dia.

Apabila demikian, mungkin PraPaskah ini adalah saat yang tepat untuk kita berhenti sejenak, tinggalkan dulu semua devosi kita, untuk berbaikan. Jangan kuatir siapa yang harus minta maaf telebih dahulu. Sebab Tuhan Yesus telah terlebih dahulu memaafkan kita. Sudah selayaknya kitapun juga harus memaafkan yang bersalah kepada kita.