Refleksi Harian Katolik Epiphany. Halaman ke-237 dari 365 halaman dalam tahun.

 

“Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri” (Matius 22:39)

 

Kasih adalah landasan dari setiap hukum maupun peraturan yang dibuat. Bahkan menurut Tuhan Yesus, kasih pada Tuhan, dan kasih pada manusia, adalah landasan dari semua peraturan yang ada di hukum Taurat.

Pesan Tuhan Yesus ini rasanya dapat ditangkap oleh St. Paulus, makanya tidak heran di dalam surat-suratnya St Paulus banyak sekali berbicara tentang kasih. Orang Katolik tanpa kasih sama saja seperti gong yang bekumandang (1 Kor 13:1), karena buah Roh yang pertama adalah kasih (Gal 5:22).

Bukan kebetulan di refleksi harian Katolik hari ini kita juga membaca salah satu cerita kasih yang sangat menyentuh di bacaan pertama. Oleh karena kasihnya pada Naomi, Rut lebih memilih tinggal bersama Naomi. Walaupun sebenarnya hidup Rut bisa lbh baik apabila ia pergi balik ke Moab, meninggalkan Naomi.

Hal kasih ini memang sudah sangat langka kita temukan di zaman sekarang. Manusia lebih mengutamakan keuntungan diri sendiri. Kalau teman merugikan, ya cari yang lain saja. Kalau sudah tak cocok dengan suami/istri ya pisah saja! Pola pikir yang selalu mencari keuntungan, memang sering kali tak sejalan dengan hukum kasih.

Walaupun begitu, saya pernah mendengar sebuah kisah nyata tentang saudara saya di Indonesia. Sebut saja namanya, Beth. Beth telah menikah belasan tahun. Dalam pekerjaan, Beth cukup sukses. Namun kesuksesan Beth, membuat suaminya menjadi iri. Karena itu, suaminya berusaha mengurung Beth di rumah, tak boleh kerja, tak boleh berteman, dsb. Beth sangat sedih diperlakukan seperti itu. Sebenarnya kalau Beth mau, dia bisa saja kabur meninggalkan suaminya. Tapi tidak cukup disitu, si suami akhirnya meninggalkan Beth. Belasan tahun kemudian, sampe detik ini, Beth tak pernah mendengar kabar lagi tentang suaminya itu. Namun Beth tetap setia pada janji pernikahannya dihadapan Tuhan.

Di refleksi harian Katolik Epiphany halaman ke-237 ini, saking populernya perkataan St Paulus tentang kasih, sehingga membuat ayat-ayat kasih tersebut sangat sering sekali dikutip dalam misa sakramen pernikahan di Gereja Katolik. Ini memang benar sekali, tanpa kasih maka hidup akan susah sekali dijalankan, pernikahan akan menjadi berat, relationship tak akan dapat bertahan lama.

Hanya saja kasih tidak cukup cuma sekedar dibacakan saat janji nikah. Sama seperti Rut, oleh karena kasihnya, ia berkorban demi Naomi. Untuk mengasihi seseorang kita harus siap-siap berkorban. Dalam kehidupan pernikahanpun juga butuh banyak pengorbanan. Lalu, sampai sejauh manakah kita siap berkorban untuk menjalankannya?