Refleksi Harian Katolik Epiphany. Halaman ke-215 dari 365 halaman dalam tahun 2018.

 

Bukankah Dia itu anak tukang kayu? Bukankah ibu-Nya bernama Maria dan saudara-saudara-Nya: Yakobus, Yusuf, Simon dan Yudas? Dari mana diperolehnya semuanya itu? (Matius 13:55-56b)

 

Penduduk di tempat asal Yesus mula-mula takjub akan kemampuan mengajar Yesus dan bahan yang diajarkan. Tetapi kemudian mereka merasa tahu latar belakang keluarga Yesus yang sederhana, tukang kayu. Merasa mengenal Yesus dan keluarga-Nya mereka tidak percaya akan hikmat yang Yesus punyai.

Perilaku penduduk itu kadang menggambarkan perikaku kebanyakan orang, mungkin terkadang pada kita juga, anda dan saya. Kadang logika lebih menguasai pikiran kita daripada iman. Padahal iman harus dimulai dengan percaya (credo) akan hal yang kadang tidak masuk logika. Bukan tidak nyata tetapi kita tidak bisa “mencernanya” karena keterbatasan kemampuan kita, daya nalar kita yang tidak sampai atau keterbatasan indera kita.

Kesaksian seorang wanita yang telah mengalami pedarahan 12 tahun yang sembuh setelah menyentuh jubah Yesus menunjukkan bahwa iman wanita tersebut kepada Yesus lah yang telah menyembuhkannya. Iman wanita ini dimulai dengan percaya bahwa dengan menyentuh jubah-Nya ia akan sembuh.

Refleksi harian Katolik Epiphany halaman 215 ini mengingatkan bahwa iman kita kepada Tuhan didahului dengan percaya. Logika dan pengetahuan akan menunjang iman kita, bukan terbalik seperti penduduk asal Yesus yang merasa mengetahui asal usul keluarga Yesus lalu berpikir dengan logika dan dilanjutkan dengan menghakimi.