Refleksi Harian Katolik Epiphany. Halaman ke-187 dari 365 halaman dalam tahun 2018.

 

Ia melihat seorang yang bernama Matius duduk di rumah cukai, lalu Ia berkata kepadanya: “Ikutlah Aku.” Maka berdirilah Matius lalu mengikut Dia. (Matius 9:9)

 

Dengan membaca kedua bacaan pagi ini, pembaca refleksi harian Katolik Epiphany jadi bisa mengerti kenapa orang-orang Farisi dalam bacaan Injil sangat membenci para pemungut cukai. Bahkan mereka berkomentar “Mengapa gurumu makan bersama-sama dengan pemungut cukai dan orang berdosa?”

Semua karena memang terjadi turun temurun sejak jaman Nabi Amos dimana banyak ketidakadilan yang terjadi di sekelilingnya dengan kecenderungan memperkaya diri dan mengabaikan perintah Allah untuk memerhatikan kepentingan bersama.

Wajar juga sebenarnya para Farisi ini yang langsung bertanya kenapa Yesus mau meluangkan waktu untuk orang berdosa? Karena di dalam benak mereka (para Farisi), pemungut cukai itu selalu bertindak tidak adil dan memeras orang-orang Yahudi. Atau dengan kata lain memperkaya diri sendiri atas keringat dan jerih payah bangsa Yahudi. Ini mirip dengan teriakan Nabi Amos.

Di refleksi harian Katolik Epiphany halaman ke-187, sebaliknya yang menarik adalah, Matius boleh seorang pemungut cukai, namun Tuhan Yesus melihat kebersihan di dalam hatinya sehingga tanpa sungkan Ia mengajak Matius mengikuti diri Nya.

Saya percaya bahwa Yesus melihat betapa perang batin yang sering terjadi di dalam diri Matius. Di satu sisi ia orang yang jujur. Di lain sisi panggilan pekerjaan, sehingga bukan mustahil sisi ini sering menggodanya untuk jatuh dalam dosa.

Yesus melihat betapa ia sungguh mau bertobat. Ia datang bukan untuk orang sehat atau yang merasa tidak butuh Allah. Justru Ia mau anda dan saya membutuhkan Dia, dan KuasaNya akan melimpah di dalam diri mereka yang membutuhkanNya. Tuhan memberkati.