Refleksi Harian Katolik Epiphany. Halaman ke-342 dari 365 halaman dalam tahun.
“Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan.” (Lukas 1:38)
Membaca bacaan di refleksi harian Katolik hari ini, mengingatkan saya pada sebuah kisah nyata yang dialami oleh Thea (nama samaran). Thea, oleh karena pergaulan sex bebas, akhirnya ia mengandung, dan melahirkan seorang bayi yang sakit/cacat. Sementara pacarnya yang tidak bertanggung jawab, akhirnya pergi meninggalkan dia. Namun walau dipaksa oleh orang tua maupun teman-teman, Thea memilih untuk tidak menggugurkan bayinya, karena Thea percaya, setiap anak adalah titipan Tuhan.
Namun karena sakit, si bayi diperkirakan tidak akan bertahan lama. Oleh teman-temannya, Thea disarakan untuk membaptis bayinya. Thea sangat sayang pada bayinya. Namun sayangnya tak lama, bayinya dipanggil oleh Tuhan.
Para wanita single, atau para orang tua yang memiliki anak wanita, kurang-lebih dapat membayangkan kecemasan/ketakutan yang dialami oleh Thea, atau oleh Bunda Maria pada bacaan hari ini. Apa yang terjadi jika harus mengandung tanpa suami. Apa kata tetangga? Bagaimana dengan biaya susu, sekolah, dsb? Rasanya malu luar biasa. Mungkin lebih baik cari jalan pintas, digugurkan.
Di refleksi harian Katolik Epiphany halaman ke-342, yang luar biasa dari cerita di atas, Thea memilih untuk melaksanakan perkataan Bunda Maria “Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan; jadilah padaku menurut perkataanmu itu.” Dalam masa Adven ini, beranikah kita seperti Thea atau Maria berkata hal yang sama? Taat pada panggilan Tuhan. Taat dan setia pada kehendak Dia, apapun tantangannya.
Jawaban malaikat Gabriel pada Bunda Maria, semoga juga dapat menyemangati kita, “Jangan takut” (ayat 30), sebab “Bagi Allah tak ada yang mustahil” (ayat 37).