Refleksi Harian Katolik Epiphany. Halaman ke-11 dari 365 halaman dalam tahun 2018.

 

Seorang yang sakit kusta datang kepada Yesus, sambil berlutut di hadapan-Nya, ia memohon bantuan-Nya,katanya: “Kalau Engkau mau, Engkau dapat mentahirkan aku” (Markus 1:40)

 

Kisah ini menunjukkan bahwa penderita kusta ini mempunyai iman (bahwa Yesus adalah Allah yang punya kuasa dapat menyembuhkan dirinya), ia mempunyai kehendak (voluntas) untuk sembuh, dan kemudian ia melakukan perbuatan ( datang kepada Yesus dengan merendahkan diri berlutut dan memohon).

“Fides sine operibus mortua est”, jika iman tidak disertai perbuatan, maka iman itu pada hakekatnya adalah mati (Yakobus 2:17). Iman haruslah dilengkapi dengan perbuatan untuk memperoleh keselamatan. Seseorang tidak dapat memperoleh keselamatan hanya dengan iman tanpa melakukan perbuatan apapun.

Seorang ibu setengah baya aktif melayani di gereja, sebut saja namanya Rosa. Sayangnya semangat ini tidak diikuti oleh suami dan kedua anaknya. Satu ketika Rosa merasa sangat kecewa melihat suaminya yang bukannya mendukung kegiatannya malah sibuk bersosialita dengan teman-temannya melalui whatsapp. Kekecewaan ini berlarut sehingga tiap malam Rosa ini menangis sendiri. Untungnya teman satu komunitasnya bisa merasakan kegundahan Rosa, dan kemudian teman ini mengajaknya ke acara misa penyembuhan. Rosa berangkat dengan tekad untuk mohon kepada Yesus agar lukanya bisa disembuhkan. Mulai dari awal misa sampai akhir, Rosa terus menangis. Di akhir misa Rosa merasa bebannya terangkat sudah, dia mendapat kelegaan.

Refleksi harian Katolik Epiphany halaman ke-11 ini mengingatkan kita untuk melengkapi iman kita, anda dan saya dengan melakukan perbuatan-perbuatan nyata. Mari kita mencontoh penderita kusta dan Rosa yang selain beriman dan berdoa, mau juga melakukan perbuatan nyata. Mewartakan kabar sukacita buat orang di sekitar kita adalah salah satu perbuatan kasih. Mulailah dari keluarga, teman dan orang yang kita jumpai agar kita memperoleh keselamatan yang Tuhan janjikan. Amin.