SIAPKAH SAYA MENJADI HAMBA DAN UTUSAN TUHAN ? 

Refleksi Harian Katolik Epiphany. Halaman ke-131 dari 365 halaman dalam tahun.

 

“Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya seorang hamba tidaklah lebih tinggi dari pada tuannya, ataupun seorang utusan dari pada dia yang mengutusnya. Jikalau kamu tahu semua ini, maka berbahagialah kamu, jika kamu melakukannya.” Yoh 13:16-17

 

Ingatkah kita akan Tuhan yang Maha Kuasa?

Kenapa sih kita suka bersusah-susah mengandalkan kekuatan diri sendiri? Berusaha sendiri, pusing sendiri, ujung-ujungnya kecewa sendiri ?Kita lupa bahwa kita memiliki Tuhan yang lebih tinggi mengatasi kelebihan dan kelemahan kita. Seperti di bacaan Injil hari ini Yesus mengajarkan untuk kita selalu ingat ada Tuhan yang lebih tinggi. Bahkan Yesus bilang bila kamu tau dan melakukannya maka kamu akan berbahagia! Kok bisa? Tentu bisa, karena artinya kita menyadari bahwa:

1. Kita adalah hamba Tuhan
Kita tahu apa yang kita miliki adalah pemberian dari tuan kita yaitu Tuhan Yesus. Sehingga kita menyadari apapun yang kita miliki adalah anugerah, sekaligus tanggung jawab untuk kita kelola sebaik2nya. Ketika apa yang kita punya diambil kitapun tidak marah karena itu adalah milik sang Tuan.

2. Kita adalah utusan Tuhan
Kita tahu hidup di dunia ini bukanlah milik kita sendiri, tetapi merupakan anugerah utusan Tuhan untuk kita melakukan hal-hal yang mulia. Sehingga kita tidak perlu kuatir akan hidup kita karena Tuhan mengutus kita untuk melakukan banyak hal yang luar biasa, bahkan diluar akal manusia supaya nama Tuhan dimuliakan.

 

Ujian sebagai hamba dan utusan Tuhan

Percaya bahwa kita adalah seorang hamba dan utusan Tuhan akan teruji ketika masalah menghadang kita. Contohnya saja ketika baru-baru ini 2 orang teman kerja saya di-PHK. Suatu kejadian yang sangat tidak mengenakkan.

Teman saya yang satu menjadi sangat emosional. Bahkan setelah diberi tau dia di-PHK ia jadi byk melakukan banyak kesalahan dalam pekerjaannya. Saya melihat ia berusaha tetap positif tetapi sangat sulit buat dia karena dia harus mengandalkan kekuatan dia sendiri, apalagi ini ke2 kalinya dia mengalami di-PHK. Seakan susah buat dia punya harapan lagi.

Beda cerita dengan teman saya yang satu lagi. Walaupun sama-sama di-PHK dan ini pun pengalaman ke-2 dia juga, dan sama-sama sedih dan terpukul karena ia punya tanggung jawab atas 4 anak, tetapi saya salut dengan imannya pada Tuhan. Dia cerita bahwa ia memilih untuk percaya pada Tuhan kalau Tuhan yang memberi pekerjaan sekarang maka Tuhanpun akan menyediakan pekerjaan lain yang lebih baik. Saya tau dia beragama Katolik dan suka pelayanan sebagai volunteer memberi makan pada orang-orang miskin. Sebagai orang beriman, dia membuktikan iman dia sebagai hamba Tuhan melalui masalah yang ia hadapi.

Di halaman ke-131 ini, bagaimana dengan kita sendiri? Berbahagialah kita yang tidak hanya menyadari bahwa kita adalah hamba dan utusanNya, tetapi juga mempraktekkannya saat masalah datang. Amin.