Refleksi Harian Katolik Epiphany. Halaman ke-165 dari 365 halaman dalam tahun 2018.
Sebab itu, jika engkau mempersembahkan persembahanmu di atas mezbah dan engkau teringat akan sesuatu yang ada dalam hati saudaramu terhadap engkau, tinggalkanlah persembahanmu di depan mezbah itu dan pergilah berdamai dahulu dengan saudaramu, lalu kembali untuk mempersembahkan persembahanmu itu. (Matius 5:23-24)
Suatu waktu saya bersama tim persekutuan berkumpul untuk latihan musik mempersiapkan acara besar. Saat itu saya punya seorang teman dekat dan kita punya hobi saling mengejek satu sama lain. Biasanya kami hanya bergurau tapi kali ini entah kenapa kami berdua bercanda kelewatan dan jadi malah saling jengkel satu sama lain. Latihan musik jadi kacau dan ada suasana tidak enak diantara kami. Syukur di tengah-tengah kami berdua sadar akan kemarahan kami dan saling meminta maaf. Kamipun bisa melayani dengan sehati dan dengan hati yang damai.
Persatuan dalam Gereja dan dalam persekutuan kelompok iman Katolik merupakan bagian hidup beriman yang penting. Tuhan menginginkan kita untuk bersekutu, tidak untuk sendiri-sendiri menyembah Dia. Seluruh kitab Kisah Para Rasul menggambarkan bagaimana mereka hidup satu sama lain, dengan segala lika likunya.
Masalah umum yang sering dihadapi kelompok iman adalah perpecahan, dimana mungkin karena perbedaan pendapat atau hal-hal lain, murid Kristus jadi saling marahan, bermusuhan atau saling diam-diaman. Pelayanan adalah ungkapan kasih dan sudah sepantasnya keluar dari hati yang mengasihi sesama, bukan hati yang sedang dipenuhi amarah.
Refleksi harian Katolik Epiphany halaman ke-165 mengingatkan kita akan prioritas penting dalam berkomunitas dan melayani. Persembahan pelayanan kita haruslah dilakukan dalam keadaan damai dengan orang sekitar kita. Kita diajak untuk memelihara perdamaian dengan sesama setiap waktu.