Refleksi Harian Katolik Epiphany. Halaman ke-306 dari 365 halaman dalam tahun.

 

Jikalau kita hanya dalam hidup ini saja menaruh pengharapan pada Kristus, maka kita adalah orang-orang yang paling malang dari segala manusia. (1 Korintus 15:19)

 

Hari ini, di Australia, group yang mendukung same-sex marriage “sudah” mendeklarasikan kemenangan mereka, walau pengumuman resmi belum dikeluarkan. Mengingat 52.1% penduduk Australia adalah beragama Kristen. Apa berarti sebagian besar dari mereka sudah tak percaya lagi?

Salah satu pesan yang mereka promosikan, tubuh ini adalah milik diri mereka sendiri, so “suka-suka gue dong!” negara atau Gereja tidak berhak mengatur! Sudah menjadi sifat dasar manusia untuk tidak mau diatur, dan berusaha men-justify dirinya. Beberapa contoh nyata yang klasik, saat ditanya, “Kenapa kamu tidak ke Gereja hari Minggu?” Jawabnya, “Saya harus kerja di hari Minggu“. Dan biasanya lalu akan menjawab balik, “kalau saya gak kerja, memangnya kamu mau bayarin ongkos keluargaku?

Pada saat seseorang memilih dirinya sendiri, dari pada melakukan kehendak Tuhan, disini dosa sudah mengintip di depan pintu. Tak heran Gereja Katolik banyak sekali ditentang dan dilawan oleh banyak orang. Karena ajaran-ajarannya sering kali bertolak dengan ego manusia yang tak suka diatur tadi…

Kebalikan dari contoh diatas. Sebut saja namanya, Leni, yang akhirnya berhenti dari tempat kerjanya, demi bisa ikut misa, karena dia dipaksa untuk bekerja pada hari Minggu, walaupun hidupnya pas-pasan. Atau, panggil saja Matt, yang akhirnya memilih untuk tidak menikah, karena ia menerima bahwa dirinya adalah gay. Di dalam hukum Gereja, seorang gay tak boleh menikah dengan sesama jenis. Kenapa kedua temanku ini berani berbuat demikian? Because they believe. Bagi Leni dan Matt, memang itulah salib yang harus mereka panggul demi mengikuti Kristus.

Refleksi harian Katolik Epiphany halaman ke-306, kita umat Katolik, adalah umat yang sangat diberkati, karena kita percaya pengharapan kita kepada Yesus bukanlah pengharapan yang sia-sia.