Refleksi Harian Katolik Epiphany. Halaman ke-355 dari 365 halaman dalam tahun.
Siapakah aku ini sampai ibu Tuhanku datang mengunjungi aku? (Lukas 1:43)
Dalam bacaan pertama yang diambil dari kitab Kidung Agung pagi ini, melukiskan betapa indahnya kehadiran musim semi yang begitu ditunggu-tunggu. Dan Sang Mempelai tidak tahan untuk tidak menyampaikan sukacita ini kepada kekasihNya, begitu romatis dan puitis digambarkan dalam kutipan yang kita baca hari ini. Dan dalam Injil hari ini, kedatangan Sang ‘Ibu Tuhanku’ membuat sukacita melimpah dalam diri Elisabet (yang dikatakan mandul sebelumnya), dimana saat kedatangan Maria, ia sedang menantikan buah hatinya.
Elisabet menyebut Maria dengan sebutan Ibu Tuhanku? Kenapa bisa? Tidakkah itu sedikit berlebihan karena Yesus belum lahir? Ada benarnya ya? Namun kalau kita lihat dua ayat sebelumnya dimana dikatakan ‘melonjaklah anak yang di dalam rahimnya dan Elisabetpun penuh dengan Roh Kudus’, anda dan saya diajak oleh Sang Penginjil untuk berkenalan dengan tokoh bernama Roh Kudus. Dengan kata lain, Lukas ingin menyampaikan ‘hanya mereka yang dipimpin oleh Roh Kudus, mampu memanggil Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat pribadi’.
Figur Roh Kudus adalah menjadi sangat penting di dalam keseluruhan pengajaran Gereja Katolik, terutama pasca Yesus naik ke Surga. Dan Elisabet tanpa ragu (bukan mustahil dia juga tidak mengerti saat kalimat tersebut terucap) memanggil Maria dengan sebutan ‘Ibu Tuhanku’ sebagai suatu pengakuan murni akan kekudusan Ibu Maria, perawan suci tanpa noda.
Refleksi harian Katolik Epiphany halaman ke-355, maukah mengalami sukacita berlimpah seperti Elisabet? Hiduplah dipimpin oleh Roh Kudus! Apakah kita harus menunggu sampai Ibu Maria datang menyapa anda dan saya? Ya Tuhan jika itu memungkinkan, why not? ? Namun tanpa menunggu itu semua, sadari bahwa anda dan saya sudah menerima Roh Kudus saat anda dan saya dibaptis. Hiduplah dipimpin Roh Nya yang kudus di dalam mempersiapkan perayaan kedatanganNya ke dunia. Tuhan memberkati.