MENGAMPUNI SUPAYA DIAMPUNI

Refleksi Harian Katolik Epiphany. Halaman ke-173 dari 365 halaman dalam tahun.

Mat 6:15
Tetapi jikalau kamu tidak mengampuni orang, Bapamu juga tidak akan mengampuni kesalahanmu.”
(Mat 6:7-15)

Wow Bapa koq jahat ya? Kata nya Maha Pemurah dan bisa memafkan kesalahan kita? Apakah benar demikian? Semata-mata Bapa tidak mau mengampuni karena manusia tidak mengampuni mereka yang menyakiti nya? Coba renungkan dibawah ini.

“Gimana gak kesel coba Om. Mami tuh kan suka di pukul dan sering di kata-katain sama papi dulu. Akibat nya mami luka batin sama papi. Tapi mami gak berani sama papi, dia hanya nahan dendam dan emosi. Sesekali papi suka minta maaf tapi mami seperti nya gak bisa memaafkan papi. Yang sekarang jadi masalah, mami keras banget sama kita anak-anaknya. Sering banget kita di marahin sampai kata2 kasar dan nyakitin banget. Salah satu nya aku ama si dede di usir keluar dan mami bilang, ini rumah mami! Keluar atau kalian bayar sewa! Saya sudah kerja, lah si dede? Baru juga kelas SMP 1. Dan Om tau kan mana ada pembantu disini? Dede disuruh kerja bersihin rumah untuk bayar uang sewa. Aku marah ama mami bilang apa-apaan? Kalau marah dan luka sama papi, bales sana ke papi. Eh aku di tampar. Dede di tampar. Hampir selama 2 tahun terakhir aku ngerasain di kata2in ada kali seminggu sekali ama mama. Maka nya sekarang aku putusin keluar dari rumah ajak dede. Mereka bukan orang tua yang baik, ke gereja kuat tapi kelakuan parah. Doa Bapa Kami jadi gak sah kan ya Om kalau mereka sendiri tidak mau memaafkan orang lain dan melepaskan luka batin pribadi malahan nyakitin kita anak-anaknya?”

Refleksi harian Katolik Epiphany halaman ke-173, why do you think Jesus sangat keras dan firm soal mengampuni dan rekonsiliasi? Karena luka batin selain merusak diri sendiri juga sangat berpotensi menghancurkan orang di sekitar kita juga. Ingat betapa Jesus pernah berkata “Sebab itu, jika engkau mempersembahkan persembahanmu di atas mezbah dan engkau teringat akan sesuatu yang ada dalam hati saudaramu terhadap engkau, tinggalkanlah persembahanmu di depan mezbah itu dan pergilah berdamai dahulu dengan saudaramu, lalu kembali untuk mempersembahkan persembahanmu itu (Mat 5:23-24)”.

Mengertikah kita sekarang betapa pentingnya mengampuni sesama kita yang bersalah kepada kita? Atau kita lebih senang tetap menyimpan luka dan berpotensi menyakiti orang2 di sekitar kita? Tuhan memberkati pilihan anda dan saya