Refleksi Harian Katolik Epiphany. Halaman ke-81 dari 365 halaman dalam tahun 2018.
“Lagi firman Allah kepada Abraham: “Dari pihakmu, engkau harus memegang perjanjian-Ku, engkau dan keturunanmu turun-temurun.” (Kejadian 17:9)
Ada babysitter yang setia bekerja pada keluarga saya dan menjaga 3 adik saya sampai mereka tumbuh remaja. Mantan suaminya seorang pengemudi truk yang sering bekerja keliling pulau Jawa. Mereka bercerai karena ternyata suaminya punya banyak istri di sepanjang jalur kerjanya. Ia tidak setia.
Memang sulit untuk taat dan setia pada seseorang jika jarang bertemu. Apalagi dengan Tuhan yang tidak pernah kita temui secara fisik. Analogi pernikahan sering dipakai untuk menggambarkan relasi manusia dengan Tuhan karena sama dimana ada suatu janji setia dan relasi dengan suatu pribadi.
Kedua bacaan hari ini punya pesan kuat mengenai tuntutan Allah untuk kita tetap setia. Ia tidak menghimbau, tidak meminta, tidak mengajak, tapi menuntut! Ini menggambarkan Allah yang cemburu (Keluaran 20:5). Ia cemburu sebab Ia mau supaya kita tetap dalam janji kasih-Nya dan bisa bersatu kembali denganNya dalam kehidupan kekal. Ia tahu bahwa di luar kasihNya hanya ada kebinasaan.
Di refleksi harian Katolik Epiphany halaman ke-81 ini kita diajak untuk melihat kembali apakah dalam perjalanan hidup kita, kita sudah dan selalu taat dan setia. Ataukah kita punya ‘istri’ dan ‘suami’ lain yang mengalihkan hati kita dari Allah, Tuhan dan mempelai kita? Kita butuh sering berjumpa dengan Allah lewat doa dan Firman supaya kita bisa kuat untuk mengikuti FirmanNya.