MENJADI SAKSI KRISTUS LEWAT PERKATAAN

Refleksi Harian Katolik Epiphany. Halaman ke-145 dari 365 halaman dalam tahun.

 

Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Mat 28:19-20

 

Hari ini kita merayakan hari kenaikan Tuhan Yesus ke surga, yang menurut Gereja Katolik adalah salah satu dari hari raya wajib (obligasi). Ini adalah suatu kebetulan yang menyenangkan, karena hari ini bertepatan dengan bacaan kita tentang perintah utama yang Tuhan Yesus berikan bagi para muridNya: jadikan semua bangsa murid Dia dan baptislah mereka. Baptisan adalah pintu masuk bagi kita kedalam Gereja Katokik dan dihari pengadilan terakhir, tubuh kita akan dibangkitkan dan seutuhnya naik ke Surga, sama seperti yang dialami Tuhan Yesus hari ini.

Walaupun banyak orang sadar akan pentingnya baptisan, dan sering kali gak sabar untuk membaptis anak-anaknya. Seringkali kita terlena, dan merasa tugas sudah selesai. Namun Mat 28:20 mengingatkan kita, bahwa setelah dibaptis pun, sebagai murid tidak cukup cuma belajar, tapi juga melakukan apa yang Tuhan Yesus perintahkan.

Peristiwa yang sedang populer di Sydney akhir-akhir ini antara lain mengenai sebuah kantin yang mendadak populer karena pemiliknya mem-post sebuah komentar yang tak menyenangkan di Facebook. Hal tersebut mengundang komentar kasar banyak orang. Sehingga laman Facebook kantin tersebut harus ditutup. Internet di satu sisi memang merupakan sebuah berkat buat kita. Tapi juga mempunya sisi gelap, orang memang gampang mem-post komentar kasar, tanpa terlalu mempedulikan efek samping dari post tersebut.

Dengan semakin popularnya Facebook, cyber bullying juga semakin meningkat. Sebagai contoh, ada anak wanita (umur 18 tahun) yang bunuh diri di Melbourne, karena di bully oleh teman2nya lewat Facebook. Atau seseorang anak wanita lagi (umur 15 tahun) kabur dari rumahnya di New South Wales, karena juga cyber bullying juga di Facebook.

Cerita-cerita tersebut membawa pertanyaan bagi kita semua di halaman 145 ini: menurut anda bagaimanakah sebaiknya sikap seorang murid? Apakah kita bisa dengan gampang terbawa emosi? Berkata2 kasar? Atau menyimpan kesalahan?

Sekali lagi, biar kutipan Paulus ini mengingatkan kita ajaran Tuhan Yesus mengenai kasih. Kasih itu sabar; kasih itu murah hati; Ia tidak pemarah dan tidak menyimpan kesalahan orang lain. Ia sabar menanggung segala sesuatu. (baca lengkap 1Kor 13:4-9). Semoga mulai hari ini, kita justru menjadi pembawa damai, bukan menimbulkan kontroversi. Dan agar lewat perkataan kita, dapat mengajak orang untuk berbuat kasih, kapapun dan dimanapun.