Refleksi Harian Katolik Epiphany. Halaman ke-70 dari 365 halaman dalam tahun 2018.

 

Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal. (Yohanes 3:16)

 

Kasih Bapa demikian besar hingga Ia merelakan AnakNya yang tunggal, untuk menderita dan wafat di kayu salib sebagai tebusan atas hutang yang tidak mampu kita bayar, sehingga kita nantinya dapat pulang kepadaNya di sorga.

Allah hanyalah akan bertepuk sebelah tangan kalau manusia tidak menyambut pemberianNya. Seperti bacaan ke-2, “Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri”. Dengan iman kita percaya bahwa Yesus adalah Putra Allah tersebut. Dengan iman, kita punya dasar teguh untuk berharap akan keselamatan. Dengan iman, kita mendapat kekuatan untuk hidup benar seturut firman Allah.

Benar bahwa keselamatan bukanlah hasil karya manusia, tetapi kita juga dituntut untuk menanggapi anugerah keselamatan tersebut dengan berbuah melalui karya kasih kepada sesama terutama mereka yang paling dianggap ‘hina’, yang terkucilkan, yang terpinggirkan.

Marilah kita renungkan di refleksi harian Katolik Epiphany halaman ke-70 ini, jika Anak Manusia itu datang, adakah Ia mendapati iman di bumi? Apakah iman kita sudah hidup dan berbuah bagiNya? Kiranya dalam masa pertobatan ini, kita memperdalam iman, doa, dan memperbanyak karya amal kita untuk semakin layak menerima Yesus yang datang bagi kita.