Refleksi Harian Katolik Epiphany. Halaman ke-315 dari 365 halaman dalam tahun 2018.

 

Sebab beginilah firman TUHAN, Allah Israel: Tepung dalam tempayan itu tidak akan habis dan minyak dalam buli-buli itupun tidak akan berkurang sampai pada waktu TUHAN memberi hujan ke atas muka bumi.” (1 Raja-Raja 17:14)

 

Sang ibu di bacaan pertama sedang dilanda kesulitan. Kita bisa berasumsi kalau ia tidak punya banyak harta lagi dan bahkan makananpun sudah mau habis. Tidak heran ia mengeluh saat diminta Elia untuk memberikan makanannya. Yang aneh adalah seorang nabi yang sudah tahu orang yang diminta tidak punya banyak makanan malah tetap ngotot minta dikasih makan! Jahat juga si nabi ya? Tapi saat itu Tuhan bersabda menjanjikan mujizat. Saat sang ibu taat dan memberi dari kekurangannya, mujizat Allah terjadi dimana minyak dan tepung yang ia miliki tidak habis-habis.

Tindakan sang ibu ini merupakan sesuatu yang sangat sulit dilakukan siapapun juga. Coba bayangkan jika anda di posisi yang sama. Uang di tabungan sudah habis, kerjaan tidak ada dan tidak ada orang lain yang bisa membantu lagi. Di rumah hanya ada dua bungkus indomie, satu untuk anda, satu untuk anak anda tapi seorang nabi aneh minta supaya satu bungkus dimasakkan untuk dia. Apa yang terjadi kalau manusia tidak makan? Ia akan mati dan ini yang si ibu coba jelaskan kepada Elia. Ibu ini memberikan makanannya dengan resiko ia dan anaknya akan mati!

Ketiga bacaan di refleksi harian Katolik Epiphany halaman ke-315 ini mau menyampaikan janji Tuhan bahwa Ia telah memberikan keselamatan, kehidupan dan pemeliharaan bagi kita. Bahkan mujizatpun bisa terjadi bagi kita yang setia dan percaya. Kita juga diajak untuk tidak menghitung-hitung, melainkan untuk berani untuk tetap memberi dan melayani, meski dalam kekurangan. Mari kita teladani contoh hidup sang ibu dari Sarfat, janda miskin di rumah ibadat dan Yesus sendiri yang memberikan seluruh hidupNya bagi kita.