Refleksi Harian Katolik Epiphany. Halaman ke-231 dari 365 halaman dalam tahun 2018.
Inilah roti yang telah turun dari sorga, bukan roti seperti yang dimakan nenek moyangmu dan mereka telah mati. Barangsiapa makan roti ini, ia akan hidup selama-lamanya. (Yohanes 6:58)
Sewaktu remaja, saya pernah jalan-jalan dengan beberapa kawan baik. Waktu itu di mobil ada vitamin C isapan yang rasanya cukup enak. Seorang teman saya terus makan vitamin ini sampai habis satu botol. Besoknya ia mengeluh karena terkena, maaf, diare. Kami semua tidak terlalu kasihan dengan dia karena sakitnya disebabkan kebodohannya sendiri. Padahal ia adalah seorang calon dokter!
Ketiga bacaan hari ini menyadarkan kalau dalam hidup ada pilihan. Kita bisa mengikuti jalan kebenaran, kebijaksanaan, kearifan atau ikut jalan kebodohan, kedagingan, kebinasaan. Pilihan ini juga dibandingkan dengan pilihan kita memilih antara makanan dan minuman yang jelek, memabukkan dan makanan sehat yang memberi hidup. Apa yang kita masukkan dalam tubuh (dan hidup) akan mempengaruhi hidup kita.
Yesus Kristus adalah roti hidup, makanan dari Sorga yang hadir secara nyata dalam Sakramen Ekaristi. Kita juga beroleh makanan yang memberi hidup lewat Firman-Nya dalam kitab suci, lewat persekutuan dalam komunitas rohani. Di sisi lain ada banyak ‘makanan’ yang bisa menjauhkan kita dari Tuhan seperti perjudian, hiburan TV, musik yang tidak sehat atau mengkonsumsi hiburan secara berlebihan.
Refleksi harian Katolik Epiphany halaman ke-231 ini mengingatkan kita kalau semua ini ditawarkanNya kepada kita secara terbuka, tapi seberapa seringkah kita memilih untuk ‘mengkonsumsinya’ dibandingkan hiburan-hiburan tidak sehat, hal-hal kedagingan dan segala sesuatu yang menjauhkan kita dari Tuhan?