Refleksi Harian Katolik Epiphany. Halaman ke-245 dari 365 halaman dalam tahun 2018.
Tetapi hendaklah kamu menjadi pelaku firman dan bukan hanya pendengar saja; sebab jika tidak demikian kamu menipu diri sendiri. (Yakobus 1:22)
Surat Yakobus yang diperkirakan disusun sekitar akhir abad pertama berisi nasihat atau ajaran populer yang biasa tertulis dalam sastra hikmat Yahudi, dalam Kotbah di Bukit, dan dalam tulisan Yunani-Roma.
Perhatian utama dalam surat Yakobus adalah ketekunan dalam bertobat kepada Allah dan berkembang dalam menghayati moralitas Injil. Ia melihat hubungan erat antara iman kepada Allah dan kasih kepada sesama, karena keduanya merupakan ciri iman perjanjian.
Perikop surat Yakobus di atas mengingatkan pengikut Kristus agar tidak berhenti pada iman, jangan puas hanya mempunyai iman. Jika iman itu tidak disertai perbuatan, maka iman itu hakekatnya adalah mati.
Lebih lanjut Yakobus memberi contoh perbuatan-perbuatan yg dimaksud seperti: mengekang lidah, beribadah murni dan tak bercacat dihadapan Allah dengan mengunjungi yatim piatu dan janda-janda dalam kesusahan, dan juga menjaga supaya dirinya sendiri tidak dicemarkan dunia.
Bacaan injil menunjukkan bahwa Yesus menegur orang Farisi yang munafik karena memuliakan Allah dengan bibir saja, padahal hati mereka jauh dari Allah. Mereka mengabaikan perintah Allah dengan berpegang pada adat istiadat manusia.
Refleksi harian Katolik Epiphany halaman ke-245 ini mengajak kita untuk menjadi pelaku firman. Iman kita haruslah dilanjutkan dengan perbuatan kasih. Beribadah bukan mengikuti aturan-aturan yang dibuat manusia tetapi melakukan perintah Allah, yakni supaya kita saling mengasihi.
Sudahkah kita menolong orang lain yang memerlukan pertolongan dengan tulus? Sudahkah kita menjaga diri supaya tidak dicemari oleh dunia, melepaskan diri dari kelekatan-kelekatan duniawi?
Marilah para saudara, kita menyempurnakan iman kita melalui perbuatan-perbuatan yang berkenan kepada Allah.