Refleksi Harian Katolik Epiphany. Halaman ke-112 dari 365 halaman dalam tahun 2018.
Akulah gembala yang baik. Gembala yang baik memberikan nyawanya bagi domba-dombanya; sedangkan seorang upahan yang bukan gembala, dan yang bukan pemilik domba-domba itu sendiri, ketika melihat serigala datang, meninggalkan domba-domba itu lalu lari, sehingga serigala itu menerkam dan mencerai-beraikan domba-domba itu. (Yohanes 10:11-12)
Di hari Minggu Panggilan ini, kita diingatkan bahwa kita mempunyai seorang Gembala yang baik. There is no better Shepherd that we can ask for. Ia telah menyerahkan nyawa-Nya sebagai tebusan bagi dosa-dosa yang kita perbuat agar kita beroleh kehidupan bersama-Nya. Sungguh berbahagialah kita yang ada di dalam perlindungan-Nya.
Lewat baptisan kita dipanggil untuk turut serta dalam karya pelayanan Yesus sebagai imam, nabi, dan raja. Tuhan pasti mempercayakan orang-orang dalam hidup kita untuk kita bawa menuju keselamatan kekal bersama Tuhan – minimal diri kita sendiri. Yang paling gampang adalah suami dipanggil untuk mengorbankan dirinya agar istrinya kelak masuk ke sorga. Demikian pula sebaliknya istri kepada suaminya, orang tua kepada anak-anaknya, dan anak-anak kepada orang tuanya. Setiap orang yang diangkat sebagai pemimpin dipanggil untuk menjadi gembala yang memberikan nyawanya bagi domba-dombanya, bukannya lari meninggalkan mereka saat ancaman datang.
Di refleksi harian Katolik Epiphany halaman ke-112 ini, mari kita ambil waktu untuk merenung: apakah saya berani berkurban bagi domba-domba yang Tuhan titipkan pada saya? Injil hari ini lebih lanjut mengatakan “… dan domba-domba-Ku mengenal Aku“. Seberapakah saya mengenal sang Gembala?