Refleksi Harian Katolik Epiphany. Halaman ke-266 dari 365 halaman dalam tahun 2018.

 

“Mari, kita mencobainya dengan aniaya dan siksa, agar kita mengenal kelembutannya serta menguji kesabaran hatinya.” (Kebijaksanaan 2:19)

 

Saya teringat dengan curhat seorang sahabat tentang teman dalam komunitasnya “kok anak Tuhan marah?”. Ada lagi seorang suami yang mengatakan buat apa ke gereja, “istri saya yang tiap hari ke gereja pun, tidak pernah berubah”

Seringkali orang dengan mudah & cepat mencari kesalahan, menyepelekan atau mencemooh kekurangan satu sama lain dengan hanya berbasis pada apa yang kita dengar dan lihat. Banyak relasipun seringkali menjadi berantakan karena masing-masing tidak dapat mengekang lidah & merasa diri paling benar.

Di refleksi harian Katolik Epiphany halaman ke-266 ini, tentu kita semua menyadari ada banyak tantangan dan pertimbangan-pertimbangan yang dapat membuat kita berpikir 2 kali untuk terus melayani dan menabur perbuatan-perbuatan kasih. Entah kita berhadapan dengan orang2 yang hendak mencobai, mengomentari, menyalahgunakan, ataupun menyepelekan hal2 yang kita lakukan.

Namun bacaan hari ini mengajak kita semua untuk tidak terpancing oleh tipu muslihat iblis di sekeliling kita yang hendak memecah belah & membuat kita berhenti mengikuti jejak Gembala kita yang datang untuk melayani apapun situasi dan kata orang tentang kita. Justru sebaliknya biar ujian-ujian ini boleh memurnikan motivasi kita & menguduskan jiwa kita sebagai instrumenNya.