Refleksi Harian Katolik Epiphany. Halaman ke-119 dari 365 halaman dalam tahun 2018.
“Akulah pokok anggur yang benar, dan Bapa-Kulah pengusahanya. Setiap ranting yang tidak berbuah, dipotong-Nya, dan setiap ranting yang berbuah dibersihkan-Nya, supaya berbuah lebih banyak” (Yohanes 15:1-2)
Manusia mempunyai tubuh jasmani dan tubuh rohani. Menjadi tua adalah pasti, tapi menjadi dewasa rohani adalah pilihan. Kelebihan yg dimiliki manusia adalah free will (kehendak bebas), pilihannya: ikut Yesus sebagai ranting-Nya (Yesus sebagai pokok anggur), atau lepas bebas. Konsekwensi ikut Yesus adalah kalau berbuah kita akan “dibersihkan” supaya berbuah lebih banyak, sedang terlepas dari Yesus, kita akan kering,mati rohani dan finito. “Dibersihkan” kadang sakit & menderita, tapi itu demi untuk memurnikan (mendewasakan) hidup rohani kita.
Seorang hamba Tuhan yang sudah 40 tahun melayani Tuhan melalui pelayanan dan pengajarannya mempunyai seorang anak yang cacat fisiknya. Oleh dokter di vonis umurnya cuma sampai belasan tahun, tapi Tuhan memelihara dia sampai kini usianya 45 tahun. Hamba Tuhan ini tidak malu untuk membawa anaknya yg hanya bisa duduk di kursi roda saat mengajar atau memberi pelayanan.
Kadang kita tidak mengerti mengapa seorang yg mendedikasikan seluruh hidupnya untuk melayani Tuhan diberi beban demikian, sedang di luar sana yg memilih untuk ikut dunia dan menolak menjadi ranting Yesus hidup enak, kaya raya sepertinya banyak berkat?
Refleksi Harian Katolik Epiphany halaman ke-119 ini, Yesus mengajak kita , anda dan saya untuk menjadi ranting-Nya. Mungkin harus melalui penderitaan demi penderitaan, tolakan demi tolakan, di hina, kadang di siksa. Tetapi melalui firman Allah sudah jelas sekali, mengikuti Yesus dan berbuah yang bukan dengan perkataan atau lidah, tetapi dengan perbuatan dan dalam kebenaran (1 Yohanes 3:18, bacaan kedua), maka kita, anda dan saya akan sampai dengan selamat pada tujuan hidup kita yakni bersatu dengan Allah dalam kehidupan kekal. Amin.