Refleksi Harian Katolik Epiphany. Halaman ke-308 dari 365 halaman dalam tahun 2018.
“Memang mengasihi Dia dengan segenap hati dan dengan segenap pengertian dan dengan segenap kekuatan, dan juga mengasihi sesama manusia seperti diri sendiri adalah jauh lebih utama dari pada semua korban bakaran dan korban sembelihan.” (Markus 12:33)
Ada pepatah yang bunyinya kira-kira seperti ini “Fall in love itu mudah. Yang special & penuh tantangan adalah untuk stay in love dalam keadaan apapun”.
Tentu kita semua mengerti apa yang dimaksud dengan pepatah di atas. Pandangan pertama dengan kekasih yang bikin hati sampai berdebar-debar, atau perasaan orang tua yang melihat buah hatinya yang super imut baru dilahirkan. Namun ketika sudah memasuki masa-mana di mana perbedaan pendapat terjadi, kebiasaan-kebiasaan unik sudah mulai kelihatan, seperti misalnya orang tua yang menghadapi bayinya yang mulai memasuki masa-masa nakal, tidak mau tidur, rewel & makin besar makin susah diatur, dalam hal seperti inilah cinta kita diuji ke level yang lebih dalam bukan?
Lalu bagaimana untuk bisa selalu dipenuhi cinta walaupun hati tidak berbunga2, sedang kesal atau lelah?
Dengan memandang pada Yesus yang terlebih dahulu dengan seluruh hidupNya mencintai kita, berkorban buat kita, membela kita, memberikan diriNya untuk keselamatan kita jauh sebelum kita tahu bagaimana mencintai Dia. Bahkan ketika kita masih jatuh bangun dalam mengikuti Dia. Dengan cinta yang kita terima inilah yang akan menjadi sumber kekuatan & dasar dari kita untuk bisa “stay in love”.
Di refleksi Harian Katolik halaman ke-308 ini, biar kita menjadi anak2Nya yang bukan hanya mengikuti perasaan atau situasi tertentu saja dalam mencintai Yesus & sesama.