Refleksi Harian Katolik Epiphany. Halaman ke-126 dari 365 halaman dalam tahun 2018.
“Inilah perintah-Ku, yaitu supaya kamu saling mengasihi, seperti Aku telah mengasihi kamu” (Yohanes 15:12)
Untuk sekian lama, saya pernah tidak suka dengan orang-orang yang berasal dari satu negara tertentu. Kenapa? Karena setiap kali ketemu dengan orang dari negara itu, walau tidak kenal, pasti sudah me-label mereka: menyebalkan, bau, dan nyolot. Lah, padahal belum tentu orang tersebut sama seperti dengan label yang saya sudah berikan kepadanya.
Sejalan dengan itu, saya pernah suka dengan satu buku rohani karangan seorang Pastor Katolik. Buku tersebut adalah salah-satu best-seller, yang telah diterjemahkan ke berbagai bahasa. Saking sukanya, sampai-sampai saya punya koleksi buku-buku karangan si Pastor. Setelah sekian tahun berlalu, saya jadi tertarik untuk mencari tahu latar belakang si Pastor.
Pastor tersebut banyak membantu orang serta membuka pusat konsultasi. Ribuan orang dari berbagai negara datang ke tempatnya untuk mencari Tuhan Yesus. Dan yang paling mengejutkan, ternyata si Pastor berasal dari negara yang saya tak sukai itu. Siapa sangka ternyata selama ini saya mengagumi seorang Pastor yang berasal dari negara yang sama.
Di refleksi harian Katolik Epiphany halaman ke-126 ini, pernahkah kita tak menyukai seseorang karena latar belakang orang tersebut? Negara asalnya? Gaya bicaranya? Atau mungkin sesuatu yang ia telah lakukan di masa lalu, sehingga akhirnya kita sudah fed-up (muak) untuk berbicara dengannya. Saya bahkan pernah mendengar orang berantem karena ia telah diblok oleh temannya melalui Facebook.
Hari ini sudah saatnya kita mengubah cara pikir kita. Sebetapapun banyaknya kekurangan orang tersebut, apabila Tuhan Yesus masih mencintai dan memberikan mereka kesempatan, maka kitapun juga harus berbuat yang sama. Mulai hari ini, semoga kita pun juga bisa mengasihi orang-orang sama seperti Tuhan mengasihi mereka.