Refleksi Harian Katolik Epiphany. Halaman ke-252 dari 365 halaman dalam tahun 2018.

 

“Kemudian sambil menengadah ke langit Yesus menarik nafas dan berkata kepadanya: “Efata!”, artinya: Terbukalah!” (Markus 7:34)

 

Saat anak saya dibaptis, salah satu bagian dari perayaan sakramen baptis yang saya sukai, adalah bagian ketika Pastor menyentuhkan ibu jarinya ke telinga dan mulut anak saya, sambil berdoa “Tuhan Yesus telah membuat orang tuli dapat mendengar, dan orang bisu dapat berbicara. Semoga Iapun menyentuh telingamu untuk mendengar firmanNya, dan agar dengan imanmu engkau memuji-muji Bapa di Surga”

Saat mendengar doa Efata tersebut, di dalam hati saya langsung berseru, “Woww, keren!!!” Ada banyak orang zaman now, yang secara fisik bisa mendengar, tapi tidak benar-benar mendengar. Atau dapat berbicara, tapi justru yang keluar malah kata-kata kotor. Seperti kata istri saya, udah mahal-mahal disekolahin ortu ke Sydney, yang dipelajari kok swearing bahasa Inggris.

Skill untuk mendengar memang mahal harganya. Salah satu alasan kenapa orang tidak mau mendengar, menurut saya, karena merasa dirinya lebih baik. Merasa dirinya lebih pintar, lebih kaya, lebih cakep, sehingga kalau orang yang menegur dianggap tak se-level, ya dicuekin. Ini membuat penyakit ini sangat berbahaya, sebab orang dapat terjebak jadi sombong rohani.

Di refleksi harian Katolik Epiphany halaman ke-252, sombong rohani dan Katolik seharusnya bertolak berlakang. Orang Katolik merasa dirinya tak sempurna, oleh karena itu kita ikut Yesus agar lewat bantuan Dia dan Roh Kudus, hidup kita bisa jadi lebih baik. Tetapi, apabila seseorang tak mau mendengar nasihat orang-orang disekitar, bagaimana ia mau mendengar nasihat Roh Kudus?

Perayaan baptis Gereja Katolik begitu lengkap, berusaha untuk mendoakan, menutup bungkus dan mempersiapkan orang-orang yang baru dibaptis agar mereka siap tempur di dalam hidup mereka, dan supaya menang! Tapi tak cukup cuma didoakan satu kali saja. Hari ini pun, mari kita bersama-sama berdoa kepada Yesus, supaya ia terus membukakan telinga dan mulut kita. Sehingga kita tak cuma mendengar firmanNya, tapi benar-benar mendengar, dan lewat mulut kita, dapat memuji dan memuliakan namaNya.