Refleksi Harian Katolik Epiphany. Halaman ke-318 dari 365 halaman dalam tahun 2018.

 

“Di manakah yang sembilan orang itu?” (Lukas 17:17)

 

Kebanyakan orang kalau lagi membutuhkan bantuan uang atau barang, pasti akan berusaha sekuat tenaga, berusaha terlihat bersahabat, atau dekat pada orang yang dimintai bantuan. Tetapi setelah mendapatkan apa yang mereka inginkan, mereka langsung lupa daratan. Boro-boro datang berkunjung, mereka juga tak pernah menyapa lagi, atau bahkan setidak-tidaknya memberi tahu dana yang diberikan itu sudah dipakai untuk membantu apa saja.

Dalam bacaan Injil hari ini, cuma 1 dari 10 orang yang kembali untuk mengucapkan terima-kasih, dengan kata lain cuma 10% yang akan berterima kasih. Karena itu ada beberapa hal yang bisa kita bersama-sama pelajari.

1. Harus memberi dengan ikhlas. Jangan berharap apa-apa dari orang yang meminta. Apa lagi sampai kesal atau bersumpah serapah karena orang yang diberi bantuan tidak tahu berterima kasih.

2. Jaga relasi. Jangan cuma saat ada maunya. Saling membantu. Karena kita tak tahu kapan kita juga membutuhkan bantuan.

3. Jangan lupa berterima kasih. Seperti kata peribahasa habis manis sepah dibuang. Kita jangan sampai lupa berterima-kasih kepada orang yang sudah memberi bantuan. Apakah dalam bentuk uang, tenaga, pikiran. Jangan tergantung seberapa besar bantuan yang mereka berikan. Memberi sumbangan di Gereja juga adalah bentuk ucapan terima kasih.

Di refleksi harian Katolik Epiphany halaman ke-318 ini, apabila hal ini umum terjadi antar sesama manusia, bagaimana dengan hubungan kita pada Tuhan Yesus? Apakah kita datang pada Dia cuma saat kita “ada maunya”? Semoga kita tidak seperti kesembilan orang tersebut. Di saat senang maupun susah, kita harus tetap menjaga kehidupan doa kita.