Refleksi Harian Katolik Epiphany. Halaman ke-227 dari 365 halaman dalam tahun 2018.
Jika ia sampai ia tidak mau mendengarkan mereka, sampaikanlah soalnya kepada jemaat. Dan jika ia tidak mau juga mendengarkan jemaat, pandanglah dia sebagai seorang yang tidak mengenal Allah atau seorang pemungut cukai. (Matius 18:17)
Cuplikan ayat injil Matius hari ini mengenai sikap rekonsiliasi terhadap pendosa, baik itu dalam keluarga maupun dalam komunitas kerohanian.
Kejatuhan seseorang dalam dosa bisa diakibatkan kelemahan mengikuti kedagingan atau akibat bujukan iblis.
Dalam komunitas kerohanian seringkali ditemukan seseorang yang ikut melayani tapi motivasinya tidak murni melayani Tuhan, melainkan untuk ketenaran dirinya sehingga membawa dirinya kedalam dosa kesombongan. Adalah kewajiban saudara sepelayanan untuk menegor dan menyadarkan diri orang itu untuk kembali ke motivasi semula.
Kalau ternyata orang tersebut tidak bisa disadarkan maka teguran ini disarankan Yesus bertahap mulai secara 4 mata, di hadapan saksi bahkan di depan jemaat. Kalau masih tidak bisa, Yesus meminta kita memandang orang bebal itu sebagai orang yang tidak mengenal Allah atau pemungut cukai.
Di sebuah PD muda mudi, terjadi perang dingin antara seorang worship leader (WL) sebut saja Anita dan pemain keyboard sebut saja Jim. Mereka berusaha saling menghindar karena persoalan sederhana, Anita adalah seorang WL yang perfeksionis, sedangkan Jim kemampuannya biasa saja. Jim seringkali kesal karena Anita terlalu demanding. Untung koordinator PD tersebut peka, mereka masing-masing diajak bicara sehingga mereka mengerti satu sama lain.
Refleksi harian Katolik Epiphany halaman ke-227 ini mengajak kita untuk berani menegur saudara atau teman sepelayanan kita yang jatuh dalam dosa untuk menarik dia dari dosa yang lebih dalam. Merupakan kewajiban kita untuk membawa dia keluar dari kubangan dosa. Bila hal itu kita abaikan maka kitalah yang berdosa karena membiarkan orang lain terbenam dalam dosa.