Refleksi Harian Katolik Epiphany. Halaman ke-108 dari 365 halaman dalam tahun 2018.

 

“Inilah kehendak Dia yang telah mengutus Aku, yaitu supaya dari semua yang telah diberikan-Nya kepada-Ku jangan ada yang hilang” (Yohanes 6:39)

 

Setiap orang, selama masih hidup, punya tugas dan panggilannya masing-masing. Tugas-tugas ini bisa jadi diberikan secara formal, misalnya oleh kantor, maupun tugas-tugas informal dirumah yang sebenarnya tidak kalah pentingnya, tapi sering kali kita abaikan.

Terutama bagi para orang tua, yang telah mempunyai anak-anak, yang dikehendaki Tuhan sebenarnya sudah jelas, yaitu mendidik anak-anak, senada dengan yang ditulis di ayat hari ini, “supaya semua yang dititipkan oleh Tuhan pada kita, jangan ada yang hilang”

Namun sayangnya, berdasar pengalaman pribadi, hal tersebut sangatlah tidak gampang. Sang ayah, yang seharusnya menjadi pemimpin keluarga, untuk membawa keluarga kepada Kristus, sering kali statusnya telah beralih dari ‘ayah’ menjadi ‘si pencari nafkah’. Ya, memang itulah yang sering dihadapi oleh pria-pria modern, kita sering kali mengidentifikasikan keberhasilan kita dengan angka, maksudnya angka saldo bank, atau angka jumlah investasi saham kita, atau angka jumlah property yang kita miliki. Karena itu, kebanyakan orang justru berusaha sedemikian rupa untuk membuat angka tersebut setinggi mungkin.

Di refleksi harian Katolik Epiphany halaman ke-108, pada saat Tuhan Yesus mengatakan “Inilah kehendak Dia yang telah mengutus Aku” berarti Dia tahu benar apa yang dikehendaki dariNya, saat berada di muka bumi ini. Sekarang giliran kita, apakah aku sudah tahu apa yang dikehendaki Dia di dalam diriku? Apakah kita sudah menjalankannya?

Dalam contoh di atas, orang tua mengemban tugas yang paling berat. Anak-anak adalah masa depan bangsa, masa depan keluarga, dan masa depan Gereja. Kehadiran kita adalah jalan terbaik untuk membawa mereka tetap dekat pada Tuhan Yesus.