Refleksi Harian Katolik Epiphany. Halaman ke-262 dari 365 halaman dalam tahun 2018.
Kasih itu sabar; kasih itu murah hati; ia tidak cemburu. Ia tidak memegahkan diri dan tidak sombong. (1 Korintus 13:4)
Sifat manusia pada umumnya justru bertolak belakang dengan sepenggal kutipan tentang kasih di atas. Banyak dari kita yang ngga sabaran, ingin menang sendiri. Saat merasa orang lain lebih baik, kita cenderung iri hati. Sebaliknya saat merasa lebih baik dari orang lain, kita cenderung sombong dan memaksakan standar kita kepada orang lain.
Contohnya saat dikejar waktu dan berdesak-desakan entah di train atau di lift, susah bukan untuk mengalah dan menunggu giliran selanjutnya? Atau untuk mengalah dan memberikan tempat kepada orang yang lebih membutuhkan? Yang sudah terbiasa mengalah kepada sesama, memandang rendah orang yang tidak mengikuti standar yang sudah diikutinya. “Orang itu lebih muda dari saya, seharusnya dia lebih dulu menawarkan kursi kepada yang memerlukan”. Memang sangat tidak mudah untuk berlaku kasih!
Injil hari ini juga mengangkat cerita senada, dimana orang Farisi dan ahli Taurat merasa paling benar dan memandang rendah orang lain. Yohanes Pembaptis tidak makan roti dan tidak minum anggur dikatakan kerasukan setan. Sebaliknya Yesus dikatakan sebagai seorang pelahap dan peminum. Apa pun juga yang dikerjakan dianggap salah atau di bawah standar mereka.
Refleksi harian Katolik Epiphany halaman ke-262 ini mengajak kita untuk melihat kembali ke dalam diri kita, apakah perbuatan baik yang kita lakukan didasari oleh kasih? Kalau iya, tentu kita tidak perlu cemburu atas kesuksesan orang lain. Kalau iya, tentu kita tidak usah memegahkan diri dan sombong.
Berlaku kasih tidaklah mudah, tetapi itulah yang dituntut oleh Yesus kepada murid-muridNya, mari kita belajar untuk memurnikan motivasi kita.