Refleksi Harian Katolik Epiphany. Halaman ke-263 dari 365 halaman dalam tahun.

 

Dan sesungguhnya agunglah rahasia ibadah kita: “Dia, yang telah menyatakan diri-Nya dalam rupa manusia, dibenarkan dalam Roh; yang menampakkan diri-Nya kepada malaikat-malaikat, diberitakan di antara bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah; yang dipercayai di dalam dunia, diangkat dalam kemuliaan.” (1 Timotius 3:16)

 

Seandainya anda dan saya memiliki seorang ayah yang meninggal karena menjadi martir mempertahankan ke-Katolik-annya, apakah anda dan saya akan tetap mengikuti jejakNya? Apakah anda dan saya tetap percaya akan Yesus Kristus satu-satunya Sang Juruselamat? Apalagi sang ayah berasal dari keluarga bangsawan, orang kaya dan terpandang. Gak salah??? Tidak mudah menjawab pertanyaan ini karena bukan mustahil manusia justru menjadi takut atau bisa juga sebaliknya justru menjadi bertambah berani! Ini yang dialami oleh St Andreas Kim Tae-gon yang kita rayakan pada hari ini.

Hidup di zaman dinasti Joseon abad ke-18, di saat gereja Katolik justru di bawah tekanan yang luar biasa dan penuh siksaan, Andreas Kim Tae-gon memilih tetap membaktikan dirinya sebagai Imam (sekolah di Makau dan kembali ke Korea) dan tak henti-hentinya berkotbah. Sayangnya di usia yang sangat muda (25th) ia dipancung kepalanya seperti Yohanes Pembaptis.

Kata-kata St Andreas Kim Tae-gon di akhir hayatnya sebelum menerima kemartirannya, “Jadilah orang Kristiani bila engkau berharap untuk bahagia setelah meninggal dunia, karena Tuhan memiliki hukuman abadi bagi mereka yang menolak untuk mengenal-Nya” (Sumber: Wikipedia)

Refleksi harian Katolik Epiphany halaman ke-263, St Andreas Kim Tae-gon telah melaksanakan apa yang ditekankan St Paulus kepada Timotius, yaitu memberitakan Yesus kepada bangsa-bangsa yang tidak mengenal dan menolakNya.

Bagaimana dengan anda dan saya? Tidak perlu terlalu jauh-jauh, apakah sudah berani kita mewartakan siapa Yesus kepada orang-orang disekitar kita dengan berani menyampaikan apa yang benar dan salah? Kemarin saya berkata pada teman saya di kantor yang juga beragama Katolik bahwa ‘we need to be brave and vote NO for same sex marriage’. Langsung saja saya ditegur oleh yang lain katanya itu hak mereka. Dan saya katakan, hak saya juga dong berkata NO?? ”

Tuhan beri kami keberanian di dalam mengakui kebenaran ajaranMu dan mengakui Engkau sebagai satu-satuNya Tuhan dan juruselamatku. Amin. Tuhan memberkati pelayanan kita semua!